Jenny Agreta hanya menjadi penonton Pekan Olahraga Nasional (PON) Jabar 2016. Namun kini, beberapa hari lagi, sprinter asal Provinsi DKI Jakarta itu akan melakoni debutnya di ajang PON ke-20 yang dimulai pada 2 Oktober 2021.
Jenny mengaku harus menunggu satu tahun lebih lama untuk masuk ke ajang olahraga empat tahunan nasional itu karena penundaan akibat pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia pada 2020.
Namun, penundaan itu tak lantas menyurutkan semangat pemain berusia 21 tahun itu untuk terus berlatih guna memberikan penampilan terbaiknya di PON Papua nanti.
Jenny yang juga pemain timnas, akan bertanding dalam tiga pertandingan berturut-turut di PON Papua XX, yaitu nomor estafet 100m, 200m, dan 4x100m putri.
Dia akan bersaing dengan sesama atlet dari Pusdiklat, termasuk pemenang wildcard Olimpiade Tokyo Alvin Tehobiori, yang mewakili Kabupaten Maluku.
Meski masih tergolong muda, Jenny bukanlah sosok baru di dunia atletik Indonesia. Ia bahkan menorehkan beberapa prestasi di kompetisi nasional dan internasional.
Dia membuat debut internasionalnya pada tahun 2014 di Singapore Open. Sejak itu, ia telah menjadi atlet nasional yang tampil secara reguler di beberapa tunggal internasional dan berbagai acara, termasuk Kejuaraan Asia, School Games Asia Tenggara (SEA), dan SEA Games.
Jenny mengatakan bahwa dari sekian banyak turnamen yang pernah diikutinya, yang paling berkesan adalah Kejuaraan Dunia Atletik U-18 2017 di Nairobi, Kenya.
Baginya, turnamen itu sangat berkesan karena dia berhasil melewati batas 100 meter, terutama mengingat usianya. Dia berusia 17 tahun saat itu.
Namun, hasilnya tidak terlalu memuaskan. Jenny gagal mencapai final setelah finis keenam di babak penyisihan dengan memecahkan rekor 13,01 detik.
Jenny lahir pada 22 Agustus 2000, dan telah meraih prestasi di beberapa turnamen lainnya.
Berita terkait: PON XX Dibuka di Merauke Bersama Wushu
Pada tahun 2018, misalnya, ia meraih medali emas untuk Indonesia dalam estafet 4x100m putri di Jakarta Asian Games Invitational, yang merupakan program percontohan sebelum Asian Games 2018 Jakarta Palembang.
Selain itu, Jenny merebut emas di nomor 100m pada ASEAN School Games 2018 yang diadakan di Kuala Lumpur. Saya berhasil mencapai garis finis secepat 12,05 detik.
Secara nasional, performa Jenny terus meningkat dari waktu ke waktu. Pada 2019, ia memenangkan emas di nomor 100m dan 200m di Kejuaraan Nasional U-20 dengan mencatat waktu masing-masing 12,15 detik dan 25,00 detik.
Ia juga mencatatkan waktu tercepat hingga saat ini – 11,90 detik – di nomor 100m Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional 2019 dan berhasil membawa pulang medali.
Di tahun yang sama, atlet berusia 21 tahun ini juga mengikuti beberapa turnamen mahasiswa internasional, salah satunya adalah Summer Universiade di Naples, Italia.
Di Pekan Olahraga Pelajar Sedunia, sayangnya Jenny gagal mencapai final setelah menempati posisi ketujuh di babak penyisihan dengan catatan waktu 12,31 detik.
Tidak ada kompetisi yang dapat diikuti Jenny pada tahun 2020 karena banyak acara olahraga telah ditunda atau dibatalkan karena pandemi COVID-19.
Ia baru kembali berlaga pada tahun 2021. Jenny merupakan satu dari lima atlet putri yang dikirim oleh Pengurus Besar Persatuan Atletik Indonesia (PB PASI) untuk mengikuti nomor estafet 4x100m bertajuk “Yoshioka Takayoshi Memorial Meet”, yang diadakan pada bulan April di Izumo, Jepang. .
Bersama sesama tim estafet putri Indonesia, Jenny bertanding melawan tim estafet nasional Jepang yang saat itu sedang mempersiapkan diri untuk Olimpiade Tokyo 2020.
Dengan pengalaman tersebut, Jenny mengaku optimis bisa memberikan penampilan terbaiknya di PON Papua yang akan berlangsung di tengah pandemi COVID-19.
Pandemi bukan halangan
Meski PON Papua akan berlangsung di tengah pandemi, Jenny mengaku tetap bertekad untuk memberikan yang terbaik, apalagi ini merupakan kali pertama mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON).
Berita terkait: Tim ganda putra sepak takraw Jawa Timur raih emas
Jenny mengaku bahwa pandemi telah mengkhawatirkan semua orang, tetapi dia tidak ingin melihatnya sebagai penghalang baginya untuk fokus pada kompetisi.
“Saya merasa sedikit cemas, tetapi saya akan tetap fokus pada kompetisi, dan saya yakin akan ada beberapa wasit yang akan mengamankan setiap pertandingan. Saya juga akan fokus pada diri saya sendiri, jadi saya tidak harus memikirkan semua hal yang mungkin terjadi. bisa membuatku terlalu banyak berpikir, ”kata Jenny diantara.
Bahkan, dia juga bersyukur PON Papua tidak perlu ditunda lagi karena sudah menunggu lima tahun untuk bisa bersaing dengan atlet dari seluruh Indonesia.
Jenny kini sudah menjadi bagian dari tim nasional Indonesia. Meski demikian, PON tetap menjadi ajang olahraga yang penting baginya.
“PON penting bagi saya karena merupakan turnamen di mana atlet dari seluruh daerah di Indonesia bertemu dan bersaing satu sama lain. Ini partisipasi pertama saya setelah hanya menjadi penonton selama lima tahun. PON juga merupakan ajang seleksi yang saya masuki tingkat nasional. tim.”
Dengan statusnya saat ini, Jenny memiliki setidaknya satu tugas lagi di Papua.
Selain meraih medali yang membanggakan DKI Jakarta, dia mengatakan PON juga menjadi ajang pembuktian diri sebagai atlet di tingkat nasional.
Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 akan digelar di Kota Jayapura dan Provinsi Jayapura, Mimika, dan Miraoke pada 2-15 Oktober 2021. Sedikitnya 6.400 atlet dan 3.500 ofisial dari 34 provinsi di seluruh Indonesia diperkirakan akan berpartisipasi dalam ajang tersebut.
Berita terkait: Puspa, Bunga Pencak Silat Indonesia dan Harapan Jakarta di PON
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”