Indonesia telah setuju untuk menghabiskan 20 persen dari biaya pengembangan program pesawat tempur Korea KF-21 Boramae Korea Selatan, proyek pengembangan senjata terbesar dalam sejarah militer negara itu, tetapi tidak membayarnya. Meskipun Indonesia telah menandatangani kesepakatan akhir tentang pembagian pengeluaran dengan pemerintah Korea Selatan, Indonesia belum mengambil tindakan untuk mengimplementasikan kesepakatan tersebut selama lebih dari lima bulan.
Menurut materi yang diterima pada hari Minggu dari Administrasi Proyek Akuisisi Pertahanan Korea Selatan, perwakilan dari oposisi utama Partai Kekuatan Rakyat, Kong Dae-shik, Indonesia membuat kesepakatan akhir dengan Menteri Pertahanan Indonesia Prabho setelah konsultasi tingkat kerja dengan DAPA mengenai rencana Prabowo. kunjungan ke Korea Selatan pada bulan April. Kesepakatan tersebut bertujuan untuk mengurangi bagian Indonesia dari kontribusi program, menyesuaikan sistem pembayaran dan memperpanjang periode pembayaran. Lima pertemuan konsultasi tingkat kerja diadakan antara kedua negara pada tahun 2018 menyusul seruan Presiden Indonesia Joko Widodo untuk melakukan pembicaraan untuk menyesuaikan kontribusi Indonesia, dengan alasan masalah ekonomi. Pada paruh pertama tahun ini, 704,1 miliar won ($ 589 juta) dan tidak membayar total saldo terutang sebesar 931,3 miliar won ($ 779 juta).
DAPA berencana mengadakan pertemuan tingkat kerja keenam untuk mengimplementasikan kesepakatan akhir, tetapi Indonesia menunda ratifikasi kesepakatan tersebut dengan alasan proses tinjauan epidemiologis dan status kerja internal Kovit-19. Perusahaan Korea Selatan telah mengirim lima surat sejak April yang menyerukan agar pembicaraan tingkat kerja diadakan. Indonesia mengirimkan tanggapan untuk menginformasikan badan tersebut tentang niatnya untuk mengadakan pertemuan konsultasi tingkat kerja pada akhir Juli, tetapi belum mengambil tindakan.
Menurut perjanjian antara Korea Aerospace Industries dan Indonesia, perjanjian tersebut menetapkan bahwa jika salah satu pihak gagal membayar kontribusi yang direncanakan lebih dari dua kali, masing-masing pihak akan ditolak aksesnya ke partisipasi dan materi pengembangan staf teknisnya. Sejak tahun 2016, KAI gagal membayar iurannya dengan mengirimkan tenaga teknis ke KAI sejak bulan lalu.
Partai-partai oposisi telah menyatakan bahwa mereka tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan sela, dengan alasan kekhawatiran atas kemungkinan penundaan pengembangan pesawat perang karena kemungkinan sanksi atau kontribusi yang tidak dibayarkan oleh pemerintah Korea Selatan. Sesuai dengan kebijakan dan akal sehat, halaman tidak boleh didorong ke konsesi sepihak. Kita harus menemukan situasi yang saling menguntungkan, ”kata Rep. Kang.
Qi-Jin Shin [email protected]
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”