Menteri Indonesia menolak usulan menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kedua di ASEAN
Petaling Jaya (THE STAR / ASIA NEWS NETWORK) – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia Nadim Makarem menolak usul Malaysia untuk menjadikan bahasa Melayu, atau Bahasa Melayu, sebagai bahasa resmi kedua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara. (ASEAN).
Dia mengatakan Bahasa Indonesia adalah pilihan yang lebih baik untuk digunakan sebagai bahasa utama ASEAN, karena merupakan bahasa yang paling banyak digunakan di Asia Tenggara, dengan penggunaan yang tersebar di lebih dari 47 negara.
Nadim mengajukan usulan ini sekaligus menolak usulan Malaysia untuk menjadikan Bahasa Malaysia sebagai bahasa resmi kedua di ASEAN.
Ia menambahkan bahwa Bahasa Indonesia banyak diajarkan di banyak universitas, termasuk di Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan banyak negara Asia.
“Dengan segala kelebihan bahasa Indonesia, dari segi sejarah dan kebahasaan, serta diakui secara internasional, menurut saya bahasa Indonesia lebih tepat dikedepankan dan sebagai alat komunikasi resmi dari negara-negara ASEAN, ” katanya seperti dikutip portal baru Indonesia Kompas Online.
Nadim juga dikutip mengatakan bahwa kementeriannya bertugas memperluas, mempromosikan dan melindungi bahasa dan sastra Indonesia, serta meningkatkan fungsinya sebagai bahasa internasional.
Namun, menurutnya, karena ada niat Malaysia untuk menaikkan level bahasa Malaysia di tingkat ASEAN, maka usulan itu harus dipelajari dan dibahas secara mendetail.
“Sebagai Mendikbud, saya menolak usulan ini, tapi karena ada niat tetangga kita harus menjadikan Bahasa Malaysia sebagai bahasa resmi, tentu perlu kajian dan pembahasan lebih lanjut,” katanya, Senin (April). 4).
Pada 23 Maret, Perdana Menteri Datuk Seri Ismail Sabri Yaqoub mengatakan Malaysia akan berdiskusi dengan para pemimpin regional tentang menjadikan Bahasa Malaysia sebagai bahasa resmi kedua ASEAN dalam upaya meningkatkan bahasa ibu di tingkat internasional.
Bapak Ismail juga mengatakan bahwa Bahasa Malaysia akan digunakan dalam pekerjaan resmi pemerintah di luar negeri hanya jika bahasa Inggris bukan bahasa nasional negara tuan rumah.
Baru-baru ini, dalam kunjungan resmi Pak Ismail ke Indonesia, dia memberi tahu mitranya, Presiden Indonesia Joko Widodo, tentang niatnya untuk meningkatkan bahasa Melayu dan menjadikannya bahasa resmi di ASEAN.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”