‘Saya tidak merasa dirampok’: Pemenang Indonesia International Marathon berharap untuk hadiah uang
Para pejabat di Indonesia telah bermain-main untuk menjadikan Bali sebagai tujuan wisata olahraga, namun seorang atlet internasional harus membuat gebrakan besar secara online sebelum ia berharap mendapatkan hadiah uang yang dijanjikan setelah berlari maraton di Pulau Dewata.
Jack Ahern, 24 tahun, yang membagi waktunya antara negara asalnya Australia dan Bali, mengklaim dalam cerita Instagram-nya yang menjadi viral kemarin bahwa setelah memenangkan kelas internasional putra pada pembukaan Indonesia International Marathon (IIM) di Bali . Pada tanggal 26 Juni, dia belum menerima hadiah uangnya.
Ahern memposting foto dari acara tersebut, menunjukkan medali dan sertifikatnya yang menyatakan hadiahnya sebesar Rp 150.000.000 (US $ 10.100).
Menurut Ahern dalam posting media sosialnya, penyelenggara membuat dia hantu selama dua bulan dan bahkan memblokir panggilannya. Sebagai “jalan terakhir”, ia kemudian masuk ke media sosial meminta teman-teman dan komunitasnya untuk membantunya mendapatkan jawaban dari penyelenggara IIM, Dewan Olahraga Indonesia (KONI).
Dalam surat tindak lanjut, Ahern mengatakan bahwa meskipun dia menjanjikan Rp 150.000.000, dia tahu dia hanya akan menerima Rp 50.000.000 (US $ 3.400) sebelum pajak dari KONI. Ahearn membagikan pesan dari KONI yang memberi tahu dia tentang jumlah hadiah baru di Instagram.
Postingan Ahearn dibagikan secara luas dan di-retweet di media sosial, dengan orang-orang menandai acara maraton dan KONI mendesak mereka untuk mendengar tentang Ahearn dan pemenang lainnya yang juga diduga tidak menerima uang mereka.
Kelapa Bali Dia menelepon Ahearn hari ini, yang mengatakan dia hanya ingin masalah ini diselesaikan secepat mungkin.
“Saya tidak merasa dirampok, [I would] Saya hanya ingin menyelesaikan masalah agar kita semua bisa bergerak maju,” jelas Ahern.
“Aku punya koneksi [from IM’s race management and KONI\ that it will be solved today,” he added
As a mental health advocate, Ahearn explained that the prize money will be donated to Shuffle and Strides, an organization trying to destigmatize mental health issues. Ahearn has also been involved in various fundraising activities to help local NGOs, such as Bali Bersama Bisa, in a bid to provide better mental health services on the island.
In another follow-up Instagram story that was uploaded earlier today, Ahearn clarified that the remaining IDR100,000,000 (US$6,700) was not the responsibility of KONI, but that of the event’s promoters.
“It is not the fault of KONI, IIM race management or any related sponsors of the event. I did not expect this to reach so many people and [I] Anda ingin meminta maaf kepada merek atau individu mana pun yang dirugikan ketika mereka tidak berperan dalam masalah pembayaran, ”kata Ahearn.
Bagaimanapun, kisah viral dapat menghambat keinginan pemerintah untuk meningkatkan daya tarik Bali untuk acara olahraga besar dan pariwisata olahraga pada umumnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaja Ono, pelari yang bersemangat yang telah berulang kali mendorong pariwisata olahraga di Bali, Perhatikan situasinya.
“Kami sudah lihat postingannya dan setelah diklarifikasi ternyata regulator kesulitan mengumpulkan dana,” jelas Sandiaga kemarin.
Ia menjelaskan, pemenang maraton lokal sudah mendapatkan hadiahnya, sedangkan hadiah untuk pemenang internasional masih dalam proses.
“Baru-baru ini, dua pemenang internasional belum diberikan. Sandiaga mengatakan satu telah memberikan informasi perbankan yang salah, dan yang lain memiliki pertanyaan tentang jumlah uang yang dia janjikan dan terima.
Sandiaga berjanji bahwa penyelenggara acara sedang bekerja untuk menyelesaikan situasi ini.
“Situasi ini akan kita pantau karena kita ingin menjaga nama baik bangsa di bidang sport tourism,” ujarnya.
Dengan Bali sekali lagi terbuka untuk pariwisata setelah jatuhnya pandemi, tidak mengherankan jika Sandiaga proaktif dalam urusan pulau. Kemarin dia mengecam seorang pria yang tertangkap diam-diam merekam seorang wanita dalam pakaian renangnya.
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”