JAKARTA (Antara) – Menteri Perdagangan Zulkipli Hasan menargetkan beberapa negara di benua Afrika yang kualitas produk busana muslim Indonesia dibandingkan negara Barat merupakan pasar yang dapat dengan mudah dipenuhi.
Selain Afrika, Kemendag juga menargetkan pangsa pasar busana muslim di Asia Tengah, Asia Selatan, Eropa Timur, dan Timur Tengah.
“Di negara-negara yang saya sebutkan tadi, tentu ada uangnya,” kata Hassan saat konferensi pers “Jakarta Muslim Fashion Week 2022” di gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu.
“Untuk Afrika kita bisa kirim sepatu seharga US$10, kita bisa kirim scarf yang harganya US$2, dan orang di sana bisa beli. Jadi, kita akan coba penetrasi pasar baru ini,” jelasnya.
Untuk merebut pasar Asia Tengah, Asia Selatan, Eropa Timur dan Timur Tengah, produk Indonesia harus terus dipromosikan melalui pameran di negara-negara di kawasan tersebut.
Menurut Menteri Hasan, Indonesia perlu membangun relasi agar industri fesyen muslim Indonesia dapat terus menembus pasar di luar negeri.
“Kalau mau menembus pasar tidak bisa datang sekali, harus berkali-kali. Harus membangun relasi langsung, kalau tidak, tidak mudah. Kalau bisa membangun relasi yang stabil, bisa menguasai pasar, ” dia menambahkan.
Menkeu menambahkan, industri fesyen Indonesia memiliki potensi besar di pasar internasional. Kreasi desainer lokal juga dinilai kompetitif secara global.
“Ini benar-benar potensi besar, kami memiliki orang-orang berbakat, desainer hebat. Saya yakin kami bisa menembus pasar internasional,” tambahnya.
Berita Terkait: Penataan Ekspor untuk Perbaiki Hilir Mineral: Menteri
Ia juga mengatakan bahwa Kementerian Perdagangan akan terus mempromosikan industri fesyen muslim Indonesia sebagai bagian dari upaya untuk menjadikannya sebagai pusat mode dunia dalam beberapa tahun ke depan.
Hassan sebelumnya telah menyerukan pertemuan Joint Trade Committee (JTC) ke-4 antara Indonesia dan Afrika Selatan, yang tertunda selama dua tahun karena pandemi Covid-19.
“Pertemuan JTC keempat dijadwalkan diadakan di Indonesia pada tahun 2020, namun tertunda karena pandemi COVID-19. Oleh karena itu, kami mendesak tim teknis kedua negara untuk segera berkoordinasi dan melanjutkan pelaksanaan pertemuan JDC,” ujarnya.
Hal itu dikatakannya dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Afrika Selatan Ibrahim Patel di sela-sela Pertemuan Menteri Perdagangan, Investasi dan Industri (TIIMM) G20 yang diselenggarakan di Nusa Dua, Kabupaten Padung, Provinsi Bali sejak September lalu. 21–23, 2022.
TIIMM diselenggarakan di bawah jalur Sherpa sebagai kelanjutan dari TIIWG G20, yang berupaya mengatasi masalah perdagangan dan investasi dan mendorong negara-negara G20 untuk mempromosikan perdagangan dan investasi global.
JTC merupakan forum bilateral untuk membahas upaya peningkatan kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Afrika Selatan. Tiga pertemuan JTC sejauh ini telah diadakan antara kedua negara, yang terakhir diadakan pada 21 Juli 2017 di Pretoria, Afrika Selatan.
Investor Indonesia tertarik untuk mengembangkan bisnis mereka di Afrika Selatan, kata Hassan.
“Oleh karena itu, saya meminta dukungan pemerintah Afrika Selatan untuk memfasilitasi perusahaan Indonesia untuk berinvestasi (di Afrika Selatan),” katanya.
Berita Terkait: Indonesia Bisa Jadi Trendsetter Busana Muslim: Kementerian
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”