Padung, Bali (Antara) – Keketuaan Indonesia di ASEAN pada 2023 merupakan kelanjutan dari keketuaan G20 pada 2022, kata Bank Indonesia (BI).

Peran Indonesia di ASEAN 2023 merupakan bagian dari (upaya) munculnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2025 yang saling terhubung, inklusif, dan sejahtera pada tahun 2025,” kata Deputi Gubernur BI Todi Budi Valueo di Badung, Bali, Selasa.

Kepemimpinan Indonesia dalam membangun ekonomi kawasan akan dikembangkan pada Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN (AFMGM) ke-1 di Bali pada 28-31 Maret.

Febrio Kacaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mencatat saat ini perekonomian di ASEAN stabil. Selanjutnya, organisasi internasional seperti Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, dan Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) telah mengidentifikasi ASEAN sebagai pusat pertumbuhan pada tahun 2023 di tengah semua tantangan.

Pengakuan menginspirasi semangat kolektif untuk mengejar bagian yang stabil dan stabil.

Dalam AFMGM, BI dan Kementerian Keuangan akan menyelenggarakan 24 sesi, dengan tema utama dan sub-sesi bertema “Discover Indonesia”. Pembahasan secara khusus mengungkap budaya Sulawesi dan Kalimantan serta tingkat pariwisata nasional.

Beberapa pertemuan penting tersebut adalah Pertemuan Delegasi Keuangan ASEAN (AFDM), Pertemuan Delegasi Bank Sentral ASEAN (ACDM), Pertemuan Delegasi Keuangan dan Bank Sentral ASEAN (AFCDM), Pertemuan Menteri Keuangan ASEAN (AFMM), Pertemuan Gubernur Bank Sentral ASEAN (ACGM) . ), dan Pertemuan Gubernur Bank Sentral dan Keuangan ASEAN (AFMGM).

Selama pertemuan tersebut, para delegasi akan mengembangkan aksi bersama dan bersama untuk memenuhi Pengiriman Ekonomi Prioritas (PED) yang dikategorikan ke dalam tiga dorongan strategis: pemulihan dan rekonstruksi: regenerasi pertumbuhan regional melalui pasar yang terhubung dan daya saing baru; Ekonomi Digital: Mempercepat transformasi dan partisipasi ekonomi digital yang inklusif; Serta keberlanjutan: mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk masa depan yang berkelanjutan.

Ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas anggota ASEAN untuk mengatasi masalah ekonomi global sebagai inti dari pembangunan melalui kerja sama yang saling menguntungkan.

Misalnya, dengan melihat kelayakan implementasi di negara-negara ASEAN, rekonstruksi pemulihan dapat disesuaikan dengan masing-masing negara, karena masalah ekonomi yang dialami di kawasan ini serupa dari satu negara ke negara lain.

Contoh lain adalah pembuatan program pertukaran mata uang lokal, perpanjangan dari Local Currency Settlement (LCS), upaya untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang utama.

Di sisi finansial, Inisiatif Bilateral Swap Arrangement di antara beberapa negara ASEAN seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand berfungsi sebagai cadangan keuangan regional yang kuat di masing-masing negara.

Dari sisi sistem pembayaran, konektivitas pembayaran regional akan terus dikembangkan dan dipercepat untuk mendukung pembayaran antar negara.

Pada November 2022, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand menandatangani nota kesepahaman. Dalam hal keberlanjutan, ASEAN telah mengembangkan Taksonomi ASEAN versi kedua, sebuah sistem yang mengelompokkan kegiatan ekonomi di kawasan untuk mengakses keuangan hijau dengan lebih baik.

Diharapkan taksonomi tersebut dapat disahkan dan disahkan oleh para menteri dan gubernur bank sentral pada pertemuan di bulan Maret 2023.

Pergeseran dari bahan bakar berbasis fosil dianggap perlu untuk memanfaatkan energi baru terbarukan. Oleh karena itu, Indonesia telah menerapkan beberapa langkah transisi seperti pensiun dini pembangkit listrik tenaga batubara dan Carbon Capture Utilization Storage (CCUS).

Berkenaan dengan ekonomi digital, mereka mendorong diskusi lebih lanjut tentang inisiatif untuk meningkatkan inklusi dan literasi keuangan UMKM ASEAN.

Berita terkait: Keketuaan Indonesia diharapkan dapat membawa pertumbuhan ekonomi ASEAN
Berita terkait: Indonesia dorong ekonomi biru sebagai penggerak pertumbuhan baru ASEAN
Berita terkait: Tumpahan krisis perbankan global: BI

Diterjemahkan oleh: Agatha Olivia V, Mecca Yumna
Pengarang : Sri Haryati
Hak Cipta © ANTARA 2023