“Setan Alas” (The Draft!) memenangkan tiga penghargaan di Penghargaan Layar Indonesia di Festival Film Asia Jogja-Netpac
Seiring dengan berkembangnya industri film di Indonesia, kolaborasi luar biasa antara talenta-talenta baru dari berbagai latar belakang pendidikan telah menciptakan keajaiban sinematik.
“Sitan, sayangnya!” Atau secara internasional bertajuk “The Draft!”, sebuah permata sinematik yang lahir dari sinergi siswa SMK, peneliti perguruan tinggi, dan dosen, tidak hanya mendapat sorotan, namun juga kemenangan di tiga kategori incaran di ajang Penghargaan Layar Indonesia pada ajang tersebut. Festival Film Asia Jogja-Netpac.
Penghargaannya meliputi Penyuntingan Terbaik, Novel Terbaik, dan Film Terbaik.
“Sitan, sayangnya!” Hal ini mewujudkan semangat kolaborasi lintas generasi dalam industri kreatif. Film ini menampilkan sinergi yang luar biasa antara mahasiswa dalam tahap pembelajaran, mahasiswa yang antusias, dan dosen berpengalaman yang mengatur proses kreatif.
Yusroun Fawadi, dosen Sekolah Vokasi UGM dan menyandang gelar Ph.D. mahasiswa Seni Visual dan Pertunjukan di Sekolah Pascasarjana UGM, memimpin proyek kolaborasi ini.
Film ini diproduseri oleh Vani Pramoditya, dosen DEB Sekolah Vokasi UGM, dan Munandar Aji Wibowo, alumnus Sekolah Vokasi UGM.
Indonesia Screen Awards di JAFF 2023 berbagi panggung dengan film-film bergengsi Indonesia lainnya seperti “Jatuh Cinta Seperti di Film-Film”, “Wanita dari Pulau Rote”, “Onde Mande” dan “Ali Topan”.
Dalam kompetisi Penghargaan Layar Indonesia, “Setan Alas!” Film ini memikat juri dengan narasinya yang menarik, penyuntingan yang cermat, dan perpaduan komedi dan horor yang terampil, berfungsi sebagai meta-komentar pada persidangan dan, pada akhirnya, kegembiraan dalam pembuatan film – surat cinta yang tulus untuk bioskop horor.
Melepaskan diri dari film horor tradisional, sutradara film tersebut, Yousroun Fawadi, yang dikenal sebagai Mas Yus, menggambarkan film tersebut sebagai “Aduh! Seperti film horor yang penuh twist. Penonton diajak merenung dan mengungkap kejutan-kejutan yang mengancam para tokoh utama.
Menanggapi pencapaian tersebut, Mas Us menyampaikan rasa syukurnya dengan mengatakan: “Kami sangat bersyukur dan bangga dapat mempersembahkan karya kolaborasi ini di panggung kompetisi bergengsi tersebut.”
“Ini bukti nyata bahwa kerja sama generasi muda dengan pembinaan yang baik dapat melahirkan karya-karya yang berpengaruh dan mungkin luar biasa di dunia perfilman Indonesia,” ujarnya, Senin (4/12).
“Setan Alas” telah menarik perhatian sejak debutnya di festival film regional. Kemenangan besar dalam ajang Penghargaan Layar Indonesia di Jogja-NETPAC Asian Film Festival merupakan prestasi besar bagi tim kreatif, apalagi mengingat beberapa film yang diperebutkan berasal dari rumah produksi besar di Jakarta.
Kritikus Hikmet Darmavan memuji “Setan Alas” sebagai film horor orisinal tanpa hambatan yang dengan senang hati bermain dengan medium film dan genre horor – menghirup udara segar dan berani.
Kemenangan ini bukan sekadar pencapaian tim produksi film; Hal ini menjadi mercusuar inspiratif bagi generasi muda Indonesia untuk menggali potensi kolaborasi antargenerasi yang tak terbatas dalam menghasilkan karya kreatif kelas satu.
Kemenangan “Seitan Alas” menandai kembalinya apresiasi terhadap imajinasi tanpa batas. Faktanya, langit adalah batasnya.
Sumber: Sekolah Vokasi UGM
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”