Letusan gunung berapi terbesar di Indonesia dalam 50 tahun terakhir tidak memakan korban jiwa. Pelajaran apa yang dapat diambil dari hal ini dalam kesiapsiagaan bencana?
April Pada tanggal 22, PVMBG menurunkan tingkat kewaspadaan Gunung Ruang menjadi tiga, namun menyatakan pulau vulkanik dan sebagian Dagulandong berada dalam radius empat kilometer dari kawah. Pusat tersebut memperingatkan bahwa Gunung Ruang masih aktif dan belum kembali normal.
Peringatan tersebut tidak menghentikan beberapa warga Ruong untuk diam-diam kembali memeriksa rumah mereka yang rusak dan mengambil beberapa harta benda mereka.
“Saya datang untuk mengambil generator, mesin cuci, dan beberapa peralatan yang bisa kami gunakan di kamp pengungsi,” kata Dixon, yang tinggal di Pulau Ruang, kepada situs berita Indonesia Berita Sadu pada Selasa (23 April).
Deputi Logistik dan Peralatan BNPB Lilik Kurniawan mengatakan petugas akan melakukan patroli dan memasang rambu peringatan untuk mencegah warga memasuki pulau tersebut.
“Kami ingin mengingatkan masyarakat bahwa pulau ini masih dianggap sebagai kawasan berisiko tinggi,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis.
Lilik juga meyakinkan bahwa pihak berwenang akan memenuhi kebutuhan pengungsi akan tempat tinggal, makanan, dan pakaian.
Dr Ego, seorang ahli mitigasi bencana, mengatakan penting untuk memastikan bahwa penduduk setempat menjauh dari zona eksklusi, yang telah ada selama bertahun-tahun seperti Marabi.
“Dalam banyak situasi bencana yang pernah saya lihat, pembunuh nomor satu adalah rasa berpuas diri, gagasan bahwa 'Saya akan mengabaikan peringatan untuk sementara waktu dan semuanya akan baik-baik saja.'
“Situasinya mungkin akan memburuk lagi. Gunung berapi tersebut mungkin masih akan meletus. Masyarakat harus waspada,” ujarnya.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”