Presiden Indonesia menyalahkan proses perizinan yang rumit atas kegagalan konser Taylor Swift di Singapura
JAKARTA: Proses birokrasi yang rumit dalam penyelenggaraan acara di Indonesia – khususnya konser – menjadi alasan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini kehilangan kesempatan untuk menampung banyak artis internasional, kata Presiden Joko Widodo.
Sebagai contoh, ia mengutip superstar pop Taylor Swift Konser di Singapura Melainkan Indonesia.
Mengapa Singapura selalu mengadakan acara-acara ini? Alasannya adalah pelayanan mereka yang efisien dalam menarik artis-artis tersebut, ditambah dengan dukungan pemerintah yang kuat dari segi kenyamanan, keamanan dan faktor lainnya, kata Jokowi seperti dikutip CNN Indonesia, Senin (24 Juni). ) ketika program perizinan digital diluncurkan di Jakarta.
Awal tahun ini “The Eras Tour” Taylor Swift adalah satu-satunya perhentian di Asia Tenggara di Singapura, dengan enam konser yang terjual habis dari tanggal 2 hingga 4 Maret dan 7 hingga 9 Maret. Di media diberitakan bahwa itu diadakan oleh Singapura. Kesepakatan dengan Swift menjadikan Republic satu-satunya perhentian Asia Tenggara dalam tur dunianya.
Menurut Widodo, masyarakat Indonesia merupakan sebagian besar penonton Swift di Singapura, mengutip data Spotify yang menunjukkan 2,2 juta orang Indonesia mendengarkan artis tersebut.
Dia lebih lanjut menggarisbawahi bahwa dukungan komprehensif dari pemerintah Singapura merupakan faktor penting dalam memfasilitasi akses ke acara internasional dan memastikan keamanan.
“Saya bertanya kepada penyelenggara (lokal) dan mereka bilang proses perizinan kami terlalu rumit,” kata Widodo.
Ia juga menyoroti sistem perizinan yang rumit di Indonesia sebagai hambatan besar dalam menarik event internasional, dengan menyebut event tahunan Mandalika Moto GP di Nusa Tenggara Barat sebagai contohnya.
Menurut Pak Widodo, penyelenggara acara memerlukan 13 izin dan surat rekomendasi berbeda untuk menyelenggarakan acara tersebut.
Menjelaskan dampak finansial dari hilangnya penyelenggaraan acara-acara terkenal secara internasional, Presiden Widodo mengatakan aliran uang dari Indonesia ke Singapura menyebabkan kerugian finansial bagi negaranya.
“Jadi karena uang Indonesia masuk ke Singapura, modal pun pergi. Kita tidak hanya merugi untuk tiket konser. Tapi kita merugi karena masyarakat menghabiskan uangnya untuk hotel, transportasi, makanan, dan minuman,” ujarnya. , seperti dilansir The Jakarta Globe.
Para ekonom memperkirakan bahwa konser Swift dapat menyumbang hingga S$500 juta (US$369 juta) pendapatan pariwisata bagi perekonomian Singapura.
kata Pak Widodo ketika situasi hampir serupa terjadi Singapura menjadi tuan rumah bagi band rock Inggris Coldplay Selama enam malam di bulan Januari. Sementara itu, band ini hanya tampil satu malam di Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada bulan November tahun lalu sebagai bagian dari tur dunia Music of the Spears.
Bapak Widodo menekankan perlunya Indonesia menyederhanakan sistem perizinannya, sehingga membuat acara yang menampilkan artis asing lebih mudah diakses oleh penyelenggara.
“Dengan digitalisasi perizinan yang akan datang, saya berharap tidak hanya menjadi layanan online tetapi benar-benar menyederhanakan administrasi, memastikan jaminan terlebih dahulu, mengurangi birokrasi, dan menurunkan biaya sekaligus terbuka dan transparan,” ujarnya.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”