Indonesia sedang mencari perusahaan untuk menyediakan layanan konsultasi sebagai bagian dari proyek transformasi digital mendatang yang didukung oleh Bank Dunia.
Pemerintah negara tersebut telah mengeluarkan permintaan pernyataan ketertarikan (REOI) untuk mengidentifikasi vendor yang mengerjakan ID digital, pengenalan pelanggan Anda secara elektronik (e-KYC), biometrik, dan pertukaran data untuk berpartisipasi dalam skema ini.
Proyek ini akan berlangsung selama 48 bulan dan berbasis di Jakarta, sedangkan batas waktu penyerahannya adalah 29 Juli 2024.
Tahun lalu, Indonesia menerima pinjaman sebesar US$250 juta dari Bank Dunia untuk meningkatkan identitas digital dan upaya pencatatan penduduk, khususnya di kalangan provinsi tertinggal dan kelompok masyarakat rentan. “Program TI untuk Pemberian Layanan Inklusif dan Transformasi Digital”, Kementerian Dalam Negeri, mendukung Direktorat Jenderal Kependudukan dalam mengembangkan Infrastruktur Publik Digital (DPI) utama, termasuk verifikasi identitas dan platform e-KYC, aplikasi dan data identitas digital. Platform pertukaran.
Program ini menguraikan lima elemen untuk meningkatkan ekosistem identitas digital. Pertama, peningkatan jumlah dokumen identitas resmi yang diterbitkan, seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP), dan akta kelahiran.
Komponen kedua menciptakan verifikasi identitas dan platform eKYC untuk transaksi online, sedangkan komponen ketiga menghadirkan layanan publik dan swasta ke dalam sistem. Hal ini termasuk mengamankan transmisi data dan memperkenalkan Sistem Identifikasi Biometrik Otomatis (ABIS).
Terakhir, komponen keempat mencakup reformasi hukum dan peraturan serta sumber daya manusia, sedangkan komponen kelima mencakup manajemen proyek, pemantauan dan evaluasi.
Topik esai
ABIS | Biometrik | Identitas Digital | Infrastruktur Publik Digital | Indonesia | tanda pengenal nasional | Lembut | Bank Dunia