Para ilmuwan menggunakan gambar yang dikumpulkan oleh misi DART pemantau asteroid NASA untuk memberikan gambaran lebih rinci tentang target asteroid mereka Didymos dan Demorphos. Penelitian ini dapat membantu lebih memahami pembentukan dan evolusi asteroid biner seperti ini.
DART, yang merupakan singkatan dari Double Asteroid Redirection Test, hanya bertabrakan dengan benda terkecil dalam sistem asteroid biner ini, bulan kecil Demorphos, yang mengorbit batuan luar angkasa yang lebih besar, Didymos. Namun, tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar dampak tumbukan tersebut terhadap kedua benda. Data yang dikumpulkan selama misi sukses ini dapat membantu para ilmuwan merencanakan misi pertahanan planet dengan lebih baik untuk mengalihkan asteroid yang akan bertabrakan dengan Bumi.
Sebelum bertabrakan dengan Dimophos pada 26 September 2023, pesawat luar angkasa DART mampu menangkap gambar dua asteroid dekat Bumi tersebut. Sehubungan dengan data dari misi Light Italian Cubesat for Imaging of Asteroids (LICIACube), para peneliti dapat mengidentifikasi beberapa fitur geologi dan sifat fisik Didymos dan Demorphos.
Tim yang dipimpin oleh Olivier Barnouin dari Laboratorium Fisika Terapan Universitas Johns Hopkins mempelajari permukaan Didymos, asteroid yang lebih besar. Para peneliti menemukan bahwa di dataran tinggi, Didymos kasar dan menampung batu-batu besar berukuran antara 33 hingga 525 kaki (10-160 meter) dan banyak kawah. Di ketinggian yang lebih rendah, permukaan asteroid ini menjadi lebih halus, dengan lebih sedikit batuan besar dan kawah.
Bulan yang lebih kecil, Dimorphos, memiliki bebatuan yang menutupi permukaannya dengan ukuran yang sangat bervariasi. Meskipun permukaan Dimorphos sebagian besar bebas kawah, namun penuh dengan retakan atau “celah”.
Hasilnya membantu Barnwyn dan rekan-rekannya menentukan bahwa Demorphos kemungkinan terbentuk dari material yang dibuang dari Didymos dan kemudian menggumpal di bawah pengaruh gravitasi.
Tim menggunakan jumlah kawah di kedua asteroid tersebut untuk mengukur usia mereka. Mereka menentukan bahwa tubuh induk Didymos berusia 12,5 juta tahun, antara 40 dan 130 kali lebih tua dari Demorphos. Tim memperkirakan usia bulan muda sekitar 0,3 juta tahun.
TerkaitMisi DART NASA yang bertabrakan dengan asteroid benar-benar mengubah bentuk targetnya
Dengan mempelajari ukuran dan distribusi batuan di Dimorphos, tim ilmuwan terpisah yang dipimpin oleh Maurizio Baiola dari Observatorium Astronomi INAF di Padua dapat menentukan bahwa batuan tersebut terbentuk pada waktu yang berbeda, bukan sekaligus.
Artinya, bebatuan di permukaan Dimorphos diwarisi langsung dari Didymos, sehingga mendukung gagasan bahwa bulan-bulan kecil di sistem asteroid biner terdiri dari material yang jatuh dari pasangannya yang lebih besar. Proses ini juga menjelaskan adanya punggung bukit yang berbeda di ekuator tubuh induknya, Didymos.
Tim peneliti lain yang dipimpin oleh Naomi Murdoch dari Universitas Toulouse meneliti jejak batuan yang terlacak di permukaan Didymos. Mereka menemukan bahwa permukaan Didymos terdiri dari bahan yang sangat lembut, mampu menahan beban jauh lebih sedikit dibandingkan pasir kering di Bumi atau tanah bulan di Bulan.
Sementara itu, Alice Luchetti, dari Observatorium Astronomi INAF di Padova, dan rekan-rekannya menemukan bahwa batuan di permukaan Dimorphos terurai dalam jangka waktu sekitar 100.000 tahun melalui proses yang disebut “kelelahan termal”, yang diakibatkan oleh perubahan suhu yang menyebabkan retakan mikro. .Di bebatuan.
Meskipun 100.000 tahun mungkin tampak seperti waktu yang sangat lama bagi kita, namun secara geologis ini adalah periode yang singkat, terutama di tata surya yang berusia sekitar 4,6 miliar tahun. Artinya tekanan panas yang dialami Dimorphos berlangsung cepat. Ini adalah pertama kalinya kita menyaksikan tekanan panas yang cepat pada asteroid berbatu yang terdiri dari bahan silikat, nikel, dan besi.
Tim ketiga, dipimpin oleh peneliti Colas Rubin dari Universitas Toulouse, membandingkan 34 batu besar di permukaan Dimorphos, berukuran mulai dari 5,5 kaki (1,67 meter) hingga 22 kaki (6,7 meter) dengan batu yang ditemukan di “tumpukan puing-puing”. ” asteroid Itokawa dan Ryugu, Dan di antara dia.
Mereka menemukan kesamaan antara morfologi batuan semua asteroid ini, dan menyarankan kepada Rubin dan rekan-rekannya mengenai mekanisme umum pembentukan dan evolusi.
Hasil tim berkontribusi untuk menggambarkan gambaran rinci sistem Didymos seperti sebelum pesawat ruang angkasa yang mengorbit bertabrakan dengan planet Demorphos. Hasil ini dapat membantu mempersiapkan misi Hera Badan Antariksa Eropa berikutnya.
Pesawat ruang angkasa Hera dijadwalkan diluncurkan pada bulan Oktober tahun ini, dan akan bertemu dengan Didymos dan Demorphos pada bulan September 2026. Beroperasi dalam sistem biner Didymos, pesawat ruang angkasa Hera akan menangkap data resolusi tinggi yang memungkinkan pemeriksaan sistem yang lebih komprehensif seperti yang terlihat setelah tabrakan. Hal ini akan membantu para ilmuwan untuk menentukan dengan lebih baik konsekuensi tabrakan Dart dengan Dimorphos.
Makalah penelitian yang dilakukan ketiga peneliti tersebut dipublikasikan pada Selasa (30 Juli) di jurnal Nature.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”