Jakarta (Antara) – Wakil Presiden Maarouf Amin mengatakan kesenjangan kesejahteraan sosial di berbagai daerah masih menjadi masalah serius yang harus diselesaikan di Indonesia.
Amin mengatakan, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019, hanya 21,9 persen penduduk Indonesia yang menikmati kemakmuran ekonomi.
“Padahal kemakmuran ekonomi di Indonesia hanya dinikmati oleh 21,9 persen penduduk kelas atas. Artinya ketimpangan masih menjadi masalah serius di Indonesia,” katanya dalam keterangan yang dikeluarkan di Jakarta, Minggu.
Berdasarkan data BPS 2019, 9,4% penduduk Indonesia tergolong miskin, 20,6% penduduk berisiko, 48,2% beralih ke kelas menengah, 21,5% kelas menengah, dan hanya 0,5% berpenghasilan tinggi.
Berita terkait: Pertumbuhan ekonomi harus membantu menjembatani kesenjangan sosial: Pak Presiden
Ia mengatakan, untuk mengentaskan masyarakat dari kemiskinan, lebih banyak orang harus terlibat dalam kegiatan bisnis.
Sementara itu, data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tahun 2021 menunjukkan hingga 64 juta penduduk terlibat dalam kegiatan komersial, termasuk 98,6 persen bekerja di usaha kecil, 1,2 persen di usaha kecil, dan 0,09 persen di usaha menengah. dan 0,01 persen di perusahaan besar.
“Artinya perlu ada langkah serius untuk meningkatkan jumlah pelaku usaha menengah dan besar,” imbuhnya.
Wapres mengatakan, data tersebut menunjukkan bahwa redistribusi kesejahteraan rakyat tetap menjadi pekerjaan rumah yang harus dilakukan berbagai pihak.
Ma’ruf Amin mencontohkan bahwa “ini menunjukkan bahwa redistribusi kesejahteraan merupakan tugas rumah yang sangat penting bagi bangsa ini, untuk mewujudkan keadilan sosial, dan tidak hanya tertulis dalam prinsip negara dan konstitusi.”
Berita terkait: Proyek reklamasi Teluk Jakarta berpotensi memperlebar kesenjangan sosial
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”