Anggota parlemen mengatakan kontroversi RUU bank sentral Indonesia yang kontroversial akan ditunda
Oleh Tabita Diyla
JAKARTA (Reuters) – Anggota parlemen di komite yang mengawasi proses mengatakan kepada Reuters bahwa parlemen Indonesia akan menunda pembahasan RUU yang berupaya memperluas mandat bank sentral hingga setidaknya akhir tahun 2021, sambil memprioritaskan undang-undang lainnya.
Anggota parlemen telah mempertimbangkan tinjauan peran Bank Indonesia sejak tahun lalu, termasuk pada satu tahap rencana dewan moneter untuk memberikan suara kepada menteri dalam menetapkan kebijakan moneter.
Versi terbaru dari RUU tersebut tidak lagi mencakup ketentuan seperti itu, tetapi menyerukan mandat BI yang diperluas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja, serta stabilitas harga, dan untuk memberikan lebih banyak ruang untuk pembelian obligasi selama krisis.
Usulan tersebut memicu kegelisahan di pasar keuangan di tengah kekhawatiran bahwa mereka dapat merusak independensi BI, bahkan ketika Presiden Joko Widodo dan Gubernur BI Perry Wargio menegaskan bahwa bank sentral akan tetap independen.
Kantor berita negara Antara melaporkan bahwa “RUU komprehensif untuk sektor keuangan”, yang juga mencakup langkah-langkah untuk memperkuat pengawasan bank, telah dibahas pada bulan Agustus.
Lima anggota parlemen di komite keuangan mengatakan debat akan ditunda untuk memberi jalan bagi RUU perpajakan dan desentralisasi fiskal.
“Undang-undang yang komprehensif untuk sektor keuangan akan dibahas … setelah Komite Kesebelas menyelesaikan dua RUU lainnya,” kata Wakil Ketua Komisi Fatan Sebchi kepada Reuters, menambahkan bahwa diskusi tentang RUU komprehensif itu diperkirakan tidak akan dimulai sampai akhir tahun. tahun. sesi pada bulan November.
Anggota parlemen lain, M. Mesbakhun, mengatakan RUU itu “sangat mungkin” tidak akan dibahas sampai tahun depan.
Parlemen Indonesia seringkali membutuhkan waktu berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun, untuk meloloskan RUU dan RUU pajak yang akan dibahas mencakup ketentuan kontroversial seperti menaikkan tarif pajak pertambahan nilai dan program amnesti pajak.
Seorang juru bicara Kementerian Keuangan menolak berkomentar mengenai jadwal tersebut.
Menunda pembahasan tidak selalu merupakan hal yang buruk, kata Willian Wiranto, seorang ekonom di OCBC, karena dapat memberi lebih banyak waktu kepada anggota parlemen untuk mempertimbangkan usulan perubahan RUU tersebut.
“Tentu saja, jika pasar bereaksi kurang positif terhadap beberapa aspek perubahan, ini akan menimbulkan tantangan tambahan bagi pihak berwenang,” katanya, mencatat bahwa penarikan stimulus moneter AS dapat dimulai tahun depan, yang dapat membuat pasar lebih fluktuatif. .
(Ditulis oleh Gayatri Soroyo, Editing oleh Ed Davies)