KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Awan gelap menutupi janji Indonesia untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2060
Top News

Awan gelap menutupi janji Indonesia untuk mencapai emisi net-zero pada tahun 2060

Bergerak ke arah yang berlawanan dengan negara-negara lain di dunia, Indonesia berencana untuk mengurangi ambisi energi terbarukannya pada tahun 2030.

Dua bulan lalu, Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) ke-28 diakhiri dengan kesepakatan penting oleh 123 negara. Percaya diri Setidaknya tiga kali lipat kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan (RE) di dunia 11.000 gigawatt (GW) Pada tahun 2030, transisi dari bahan bakar fosil akan menggandakan peningkatan efisiensi energi dan mempercepat pengurangan emisi metana.

Di Indonesia, Presiden Joko Widodo terus memperkuat janji negaranya untuk mencapai emisi net-zero (NZE) pada tahun 2060 atau lebih awal. Namun, Pemerintah Indonesia (Pemerintah Indonesia) tidak bersedia menandatangani Ikrar Energi Terbarukan dan Efisiensi Energi Global pada COP28, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah target NZE Indonesia akan terpenuhi.

Saat ini, Dewan Energi Nasional (DEN) sedang mengerjakan peningkatan tersebut Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 2014. 79 Terkait Kebijakan Energi Nasional (KEN), rencananya akan berakhir pada Juni ini.

Rancangan tersebut, yang saat ini sedang dibahas dengan DPR, akan menurunkan target energi terbarukan nasional pada tahun 2025 dari 23% dari total energi menjadi 17%-19%, berdasarkan asumsi baru bahwa Indonesia hanya dapat meningkatkan pangsa energi terbarukan sekitar 2% hingga 3% per tahun. Demikian pula pada tahun 2030, rancangan KEN menurunkan target EBT dari 26% menjadi 19%-21%. Langkah-langkah tersebut dapat berarti berkurangnya komitmen pemerintah terhadap transisi energi dan memperpanjang ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil.

Rancangan tujuan kebijakan yang baru tidak sejalan dengan hal ini Kewajiban Pemerintah Indonesia berdasarkan hal tersebut Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDC) dipresentasikan pada Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Kemunduran seperti ini dapat berdampak pada Kemitraan Transisi Energi Adil (JETP) senilai US$20 miliar. Rencana investasi Negosiasi sedang dilakukan pemerintah dengan beberapa negara donor, filantropi, dan sektor swasta, termasuk usulan target ET sebesar 44% pada tahun 2030 dari JETP 2022 sebelumnya. Pernyataan Bersama Targetnya adalah 34%.

READ  Usaha patungan Malaysia sedang memantau mega proyek senilai hingga RM7 tagihan di Indonesia

Indonesia secara konsisten gagal memenuhi target energi terbarukan

Dalam lima tahun terakhir, kontribusi energi terbarukan Indonesia terhadap bauran energi primer dan pembangkit listrik hanya meningkat sebesar 1% hingga 2% per tahun. Pangsa energi terbarukan dalam bauran listrik saat ini adalah 13,1%, jauh di bawah target tahun 2023 sebesar 17,9%, dengan kapasitas 13,2 GW yang terdiri dari 94,5% pembangkit listrik tenaga air, biomassa, dan panas bumi.

Potensi ET Indonesia melalui teknologi

Dengan mengurangi targetnya, Pemerintah Indonesia mengakui bahwa proses penyediaan energi terbarukan saat ini telah gagal. Negara ini berada pada titik kritis ketika Indonesia mempersiapkan transisi pemerintahan, dengan masa jabatan Presiden Joko Widodo yang akan berakhir pada bulan Oktober. Presiden dan pemerintahan mendatang akan mempunyai tugas penting untuk memajukan komitmen Indonesia dalam mencapai NZE pada tahun 2060 atau lebih awal.

Pemerintahan yang akan datang harus melakukan upaya-upaya baru dan tambahan untuk mencapai target yang telah dikurangi sekalipun. Mereka perlu mengidentifikasi sumber permasalahan dan melakukan perubahan yang diperlukan terhadap kebijakan, peraturan, dan proses yang mendukung transisi energi. Ada banyak tantangan dan permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintahan mendatang.

Pertama, kurangnya kerangka peraturan yang jelas dan konsisten untuk pengembangan energi terbarukan di Indonesia menunjukkan kurangnya komitmen pemerintah sekaligus meningkatkan kekhawatiran di kalangan investor dan lembaga keuangan. Meskipun Indonesia telah mengeluarkan beberapa peraturan yang mempertimbangkan lingkungan energi terbarukan, rincian implementasi praktisnya masih dipertanyakan, sehingga menjadikan sektor ini lebih berisiko dan kurang menarik bagi investor.

Kedua, Pemerintah Indonesia akan mendapatkan manfaat jika mengevaluasi kembali strateginya yang banyak menggunakan bahan bakar fosil dengan pemahaman bahwa transisi energi akan menciptakan peluang investasi yang lebih luas dan memperluas penciptaan lapangan kerja di seluruh nusantara. Seperti yang ditunjukkan di banyak negara, energi terbarukan tenaga surya dan angin berbiaya rendah merupakan solusi yang cepat diterapkan dan berkelanjutan secara ekonomi untuk mencapai NDC. Selain itu, terus menurunnya biaya siklus hidup teknologi penyimpanan tenaga surya, angin, dan baterai dapat memberikan manfaat finansial bagi pemerintah, khususnya perusahaan utilitas nasional Perusahan Listrik Negara (PLN) yang mengalami kesulitan finansial.

READ  Qatar, Naskah Indonesia untuk Bantuan Kemanusiaan untuk Afghanistan

Ketiga, penting untuk menciptakan proses pengadaan proyek yang jelas dan transparan guna membuka potensi investasi energi terbarukan. Seperti yang ditunjukkan di Pasar Asia Tenggara lainnyaRE akan mempromosikan berbagai investasi dalam dan luar negeri, kredit lokal dan inovasi teknologi.

Tarif energi terbarukan di Indonesia ditetapkan jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain di kawasan yang lebih maju dalam realisasi energi terbarukan. Selain itu, dalam proses pengadaan ET, pemenang ditentukan oleh harga terendah yang diajukan oleh penawar, yang selanjutnya menurunkan harga tersebut.

Pekerjaan PLN Kepemilikan bersama ekuitas Permintaan dalam tender proyek energi terbarukan baru-baru ini mendorong penawar internasional. Faktor-faktor ini menyulitkan calon investor untuk memahami bagaimana mereka akan memperoleh laba yang sesuai atas investasinya, sehingga menambah hambatan pada bisnis yang sudah berisiko.

Pemerintahan mendatang harus mengatasi tantangan struktural ini dan mengembangkan kebijakan dan peraturan yang menjadikan sektor energi terbarukan lebih mudah diakses, berkelanjutan, dan menguntungkan bagi calon investor.

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil, dikombinasikan dengan kerangka kebijakan yang kuat, akan berperan penting dalam mengatasi tantangan-tantangan ini dan membimbing Indonesia menuju masa depan net-zero yang berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan.

Baca komentar ini dalam Bahasa Indonesia.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."