Bandara Incheon berupaya mengembangkan Bandara Batam menjadi pintu gerbang berikutnya ke Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Ditulis oleh Lee Hye Rin
BATAM, Indonesia – Incheon International Airport Corporation (IIAC), operator Bandara Internasional Incheon, berupaya mengembangkan Bandara Internasional Batam Hung Nadim di Indonesia menjadi gerbang ASEAN yang mampu menangani 25 juta penumpang setiap tahunnya pada tahun 2046, kata operatornya., PT Bandara International . kata Batam, Rabu.
IIAC menandatangani kemitraan publik-swasta (KPS) dengan Otoritas Zona Bebas Indonesia Batam (BT Batam), yang mengoperasikan Bandara Batam, dalam konsorsium dengan operator bandara Indonesia dan perusahaan konstruksi milik negara pada April 2021.
Kesepakatan senilai 600 miliar won ($463 juta) ini merupakan proyek pengoperasian dan pengembangan bandara luar negeri pertama IIAC, di mana perusahaan akan merenovasi, mengelola dan mengembangkan terminal penumpang bandara yang sudah ada serta terminal penumpang dan kargo baru selama 25 tahun.
Dibangun pada tahun 1973, Bandara Batam adalah salah satu dari lima bandara internasional di negara Asia Tenggara dan dapat menampung hingga lima juta penumpang dalam fasilitasnya, yang direnovasi oleh Hyundai E&C pada tahun 1997.
Bandara ini menampung 4,2 juta penumpang dan mengangkut 43.800 metrik ton kargo pada tahun 2019. Pada akhir tahun ini, bandara ini diperkirakan dapat menangani empat juta penumpang, 98% di antaranya adalah wisatawan domestik.
Kota kepulauan yang indah dan kurang dikenal di Kepulauan Riau ini merupakan daya tarik wisata terbesar ketiga di negara Asia Tenggara setelah Bali dan Jakarta dan menerima dua juta pengunjung setiap tahunnya, sebagian besar dari mereka berasal dari negara tetangga Singapura dan Malaysia.
Berlokasi strategis, 20 kilometer dari Singapura, pulau ini telah menjadi tujuan Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (MICE) yang populer di Indonesia yang menjadi tuan rumah acara perusahaan lokal dan global.
Batam juga menawarkan manfaat ekonomi seperti zona perdagangan bebas (FTZ) yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia, kata perusahaan itu.
Pulau ini memberikan potongan pajak bisnis dan pendapatan serta insentif investasi khusus. Pulau ini terus mengalami pertumbuhan ekonomi, dengan PDB per kapita penduduk pulau sebesar $7.943, lebih dari dua kali lipat rata-rata nasional Indonesia.
Proyek tersebut masih dalam tahap awal dengan tingkat penyelesaian 5 persen.
Pada bulan April tahun depan, bandara ini akan memiliki toko Shilla Duty Free di luar area pemeriksaan keamanan yang diperluas, sementara gudang tersebut akan diperluas hingga lima kali lipat dari ukuran saat ini.
Pada papan petunjuk bandara yang sebelumnya hanya berbahasa Indonesia dan Inggris, juga akan menampilkan bahasa Korea untuk memperingati kemitraan kedua negara.
“Kami berharap dapat menawarkan penerbangan charter langsung antara Incheon dan Batam pada bulan Januari-Februari tahun depan, dan memiliki penerbangan langsung reguler pada bulan Oktober mendatang,” kata Chun Min Jae, wakil presiden dan direktur pelaksana PT Bandara International Batam.
Melalui proyek berdurasi 25 tahun ini, IIAC berharap dapat mencapai omset sepuluh kali lipat sebesar 6,4 triliun won dan memperoleh keuntungan sebesar 480 miliar won.
Karena Bandara Incheon sangat bergantung pada penumpang global sebagai hub udara internasional di negara tersebut, perusahaan menjelaskan bahwa perusahaan berupaya mendiversifikasi struktur pendapatannya untuk mengurangi risiko kehilangan keuntungan akibat masalah global, seperti epidemi dan perselisihan internasional.
Di sisi lain, Batam memiliki permintaan yang stabil untuk perjalanan udara domestik karena negara Asia Tenggara ini terdiri dari lebih dari 12.000 pulau, sementara pertukaran dinamis antara negara-negara ASEAN memperkirakan adanya kemungkinan lebih banyak perjalanan udara internasional.
Proyek ini telah menarik minat negara-negara tetangga ASEAN atas pengalaman dan pengetahuan IIAC dalam pengelolaan bandara, menurut Lee. Perusahaan berharap dapat menandatangani kesepakatan serupa dengan bandara internasional di Kuwait dan Filipina.
“Perusahaan akan melakukan segala upaya untuk berhasil mengelola Bandara Batam dan memenangkan sepuluh kesepakatan kemitraan publik-swasta dengan bandara internasional pada tahun 2030 untuk membuat lompatan menjadi operator bandara global,” kata Li.