Bandara Indonesia yang didukung miliarder Wonovijojo senilai $880 juta dibuka setelah penundaan
Itu Bandara Internasional Toho (DIA)—dibangun oleh sebuah perusahaan yang didukung oleh cabang Kudang milik miliarder Susilo Wonovitjojo di kota Kediri, Jawa Timur, Indonesia—telah mulai beroperasi secara komersial setelah tertunda selama berbulan-bulan dan pembengkakan biaya.
Menyusul penundaan tersebut, Surya Toho Investama, salah satu unit Kudang Karam, pembuat rokok terbesar di Indonesia berdasarkan penjualan, menginvestasikan sekitar 14 triliun rupiah ($880 juta) untuk membangun bandara tersebut. Bandara yang dijadwalkan dibuka Oktober lalu itu awalnya diperkirakan menelan biaya kurang dari Rp 10 triliun, kata Istada Daswin Siddhartha, Managing Director Surya Toho. Laut Pada bulan Agustus 2018.
“Kami yakin Bandara Internasional Toho akan menjadi aset berharga bagi pembangunan Jawa Timur bagian selatan, khususnya Kabupaten Kediri dan sekitarnya,” kata Siddhartha dalam keterangannya, Kamis.
Citilink Indonesia milik negara akan menjadi maskapai pertama yang melayani penerbangan pulang pergi dari Jakarta ke Kheddiri, dan akan beroperasi secara rutin dua kali seminggu. Maskapai ini melakukan penerbangan perdananya pada hari Jumat dengan Airbus A320 yang dapat mengangkut hingga 180 penumpang.
Diperuntukkan untuk melayani penerbangan domestik dan internasional, DIA memiliki landasan pacu sepanjang 3.300 meter dan lebar 45 meter yang mampu didarati pesawat berbadan lebar. Terminal bandara pada awalnya dapat menangani 1,5 juta penumpang per tahun, namun tergantung pada pertumbuhan lalu lintas, kapasitasnya dapat ditingkatkan menjadi 10 juta penumpang per tahun di masa depan.
Namun analis Brendan Sobie dari Sobie Aviation meragukan bandara ini akan menarik banyak lalu lintas dalam waktu dekat. “Mengingat pengalaman Bandara Kertajati Jawa Barat yang selama ini menjadi gajah putih, betapa sulitnya menarik maskapai dan penumpang ke bandara dengan lokasi seperti ini dan tidak ada akses kereta api,” kata Sobi. Forbes Asia Melalui email.
Kudang Karam yang berbasis di Kheddiri dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan diversifikasi ke bisnis baru, termasuk konstruksi dan gerbang tol, untuk mengimbangi penurunan penjualan rokok, yang terkena dampak dari langkah-langkah anti-rokok pemerintah Indonesia melalui kenaikan pajak. Pendapatan perseroan turun 4,6% menjadi Rp 118,9 triliun pada 2023.
Kudang Karam didirikan oleh ayah Wonovitjojo, Surya, yang mulai bekerja di bisnis tembakau pamannya pada tahun 1958. Kakak laki-laki Wonovitjojo, Rachmat Halim, mengambil alih bisnis ini setelah 25 tahun dan menjalankannya hingga kematiannya pada tahun 2008.
Wonovitjojo adalah Ketua Direktur Kudang Karam, saudara perempuannya Juni Sethiawati adalah Komisaris Utama dan putranya Indira Gunawan adalah Wakil Ketua Direktur. Wonowitjojo dan keluarganya menduduki peringkat ke-16 dengan kekayaan bersih $3,6 miliar dalam Daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia yang dirilis Desember lalu.
Tolong kirimkan saya tip yang aman.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”