Buaya setinggi empat meter (13,12 kaki) itu menimbulkan simpati di antara beberapa warga di Palu yang khawatir ban tersebut pada akhirnya akan mencekik crawler karena ukurannya semakin besar.
Tapi ternyata sangat sulit untuk ditangkap. Pada satu titik, Wrangler buaya Australia mencoba membebaskan crawler tetapi tidak berhasil.
“Saya menangkap buaya itu sendiri. Saya meminta bantuan orang di sini, tetapi mereka takut,” kata seorang penduduk setempat Teli, 35, yang menggunakan satu nama seperti yang dilakukan banyak orang Indonesia.
Siapkan jebakan dasar dengan tali diikat ke kayu dan gunakan ayam dan bebek sebagai umpan.
Namun setelah melacak reptil tersebut selama tiga minggu, buaya yang licik itu berhasil lolos dari jebakannya sebanyak dua kali sebelum akhirnya ditangkap.
“Banyak orang skeptis terhadap saya dan berpikir saya tidak serius” tentang menangkap buaya, kata Tilly, berseri-seri sambil berpose untuk foto di depan crawler yang ditambatkan setelah menggunakan gergaji untuk melepas ban.
“Saya tidak tahan melihat hewan terluka. Bahkan ular, saya akan membantu,” kata Tilley, yang pengalaman alam liarnya telah mengajari saya sendiri.
Reptil yang oleh penduduk setempat dijuluki sebagai “ban boya kalong” (buaya dengan kalung ban), dilepaskan ke sungai pada Senin malam.
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”