Jakarta: Ratusan pekerja dan mahasiswa berunjuk rasa di Indonesia pada hari Selasa untuk menuntut pemerintah membalikkan kenaikan harga bahan bakar, masalah sensitif politik yang telah memicu kerusuhan di masa lalu.
Anggota serikat pekerja, petani, nelayan, guru honorer, dan pekerja rumah tangga berunjuk rasa di depan gedung DPRD DKI Jakarta dan kantor gubernur provinsi terkait kenaikan harga BBM sebesar 30 persen yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada Sabtu lalu.
Ini adalah pilihan terakhirnya, katanya, karena subsidi energi negara Asia Tenggara itu meningkat tiga kali lipat tahun ini menjadi 502 triliun rupee ($34 miliar) dari anggaran aslinya, karena kenaikan harga minyak dan gas global.
Saeed Iqbal, Ketua Konfederasi Serikat Buruh Indonesia, mengatakan unjuk rasa itu juga menyerukan kenaikan upah minimum tahun depan.
Dia mengatakan aksi unjuk rasa di Jakarta dan 25 provinsi ini baru permulaan dan akan berlanjut hingga Desember. Para pekerja juga sedang mempertimbangkan pemogokan nasional kecuali tuntutan mereka dipenuhi.
Kenaikan – yang pertama dalam delapan tahun – menaikkan harga bensin dari sekitar 51 sen menjadi 67 sen per liter dan solar dari 35 sen menjadi 46 sen.
Di Makassar, ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, puluhan mahasiswa yang memadati pada Senin dan Selasa mengatakan kenaikan tersebut akan membebani mereka yang paling rentan yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi virus corona.
Pemerintah telah mensubsidi bahan bakar selama beberapa dekade di Indonesia, negara kepulauan yang luas dengan lebih dari 270 juta orang. Kenaikan harga bahan bakar dan barang-barang lainnya sebelumnya memicu protes mahasiswa dan pada tahun 1998, kerusuhan massal yang membantu menggulingkan diktator lama Suharto.
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”