Sebagian besar mata uang Asia berkembang dan pasar saham mencatat kerugian mingguan karena konflik yang memburuk antara Rusia dan Ukraina mengurangi selera untuk aset berisiko, sementara saham Indonesia naik didukung oleh harga energi yang lebih tinggi.

Harga energi yang tinggi, termasuk minyak, batu bara dan gas alam, telah menjadi salah satu dari banyak dampak dari krisis Ukraina, meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya inflasi. Namun, Indonesia telah diuntungkan dari harga batu bara yang lebih tinggi – pengekspor batu bara utama di kawasan ini.

Saham Indonesia naik 0,9 persen, dengan produsen batubara Adaro Energy dan Bayan Resources masing-masing melonjak 15 persen dan 7 persen. Rupiah juga naik tipis.

Sebagian besar mata uang dan saham Asia yang muncul dijual karena krisis Ukraina meningkat, karena laporan menunjukkan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar Eropa di Ukraina terbakar setelah diserang oleh pasukan Rusia.

Won Korea Selatan memimpin kerugian di antara mata uang regional, jatuh 0,8 persen ke level terendah sejak Juni 2020. Baht, peso, dan rupee turun antara 0,2 persen dan 0,3 persen.

Sentimen terhadap aset Korea Selatan semakin teredam oleh data yang menunjukkan inflasi konsumen mencapai level tertinggi satu dekade sebesar 3,7 persen pada Februari dan kisaran target bank sentral karena harga energi yang lebih tinggi. Saham Korea Selatan ditutup turun 1,2 persen.

“Jika inflasi CPI mencapai 4 persen, kami berharap (Bank of Korea) segera merespons dengan menaikkan suku bunga lagi,” kata analis ING dalam sebuah catatan. – Reuters