Jakarta (AFP) – Garuda Indonesia memasuki proses restrukturisasi yang diawasi pengadilan karena maskapai yang sarat utang itu berusaha menyelamatkan diri dari kebangkrutan.

Upaya baru untuk menyelamatkan maskapai Indonesia dimulai setelah pengadilan di Jakarta menyetujui petisi utang yang diajukan oleh salah satu krediturnya terhadap maskapai pada hari Kamis.

Putusan itu memberi waktu 45 hari bagi Garuda dan krediturnya untuk mengajukan proposal restrukturisasi utang. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang hingga 270 hari. Garuda mengatakan penangguhan kewajiban utang oleh pengadilan akan memberikan kerangka yang kuat untuk menyelesaikan negosiasi proses restrukturisasi utang.

“Keputusan tersebut memberikan waktu 45 hari bagi kami untuk mengajukan rencana komposisi yang mencakup restrukturisasi kewajiban bisnis Garuda kepada kreditur,” kata Irfan Setyaputra, Presiden Direktur dan CEO Garuda, dalam sebuah pernyataan.

Dia menambahkan bahwa maskapai akan memastikan bahwa semua operasi penerbangan tetap berjalan seperti biasa selama restrukturisasi.

Garuda yang 60 persen sahamnya milik negara mengalami kerugian besar selama pandemi Covid-19.

Ini mencatat kerugian bersih $2,4 miliar tahun lalu, dan kerugian bersih lain sekitar $1,7 miliar dari Januari hingga September tahun ini.

Maskapai ini mengatakan pada bulan Juni bahwa mereka telah mengandangkan dua pertiga dari 142 armadanya karena pembatasan perjalanan dan berkurangnya permintaan.

Pada bulan Oktober tahun lalu, perusahaan mengumumkan pemecatan 700 karyawan, sekitar 10 persen dari tenaga kerjanya, sementara banyak lainnya sedang cuti tidak dibayar.