TEMPO.CO, Jakarta -Indonesia akan segera memiliki pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama, dan dikatakan sebagai pembangkit listrik tenaga surya terbesar di Asia Tenggara. Tiga bank internasional siap mendanai proyek yang akan dibangun di Waduk Chirada di Jawa Barat itu.
Seperti dikutip dari situs Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Keselamatan Energi, proyek pembangkit listrik tenaga surya terapung Chirada diharapkan dapat beroperasi pada November 2022. Proyek ini mencapai krisis keuangan pada Agustus lalu.
Pembangkit listrik baru memiliki kapasitas 145 MWac, dengan harga kompetitif yang substansial sebesar 5,81 USD per kWh.
Pembangkit Listrik Apung Chirada ditargetkan menghasilkan 245 juta kilowatt listrik per tahun. Oleh karena itu, diperkirakan pelampung Syrada akan mampu menyediakan listrik untuk 50.000 rumah dan menciptakan 800 lapangan kerja baru.
Menurut Direktur Utama PT PLN (Persero) Zulkifli Zaini, PLN mendukung PT PJB (Pembangit Java Pali) sebagai PT PJB Investasi (PJBI) dan Pembangkitan Jawa Pali Mastar sebagai pembeli listrik pembangkit baru tersebut. menurut website perusahaan.Sebagai induk perusahaan (PT PMSE).
Sejak ditandatanganinya Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik pada Januari 2020, proyek Pembangkit Listrik Terapung Syrada mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk lembaga perbankan internasional.
Tiga bank internasional, yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Society General dan Standard Chartered Bank, telah menjadi pemodal asing untuk proyek tersebut. Ketiga bank tersebut memberikan dukungan finansial hingga US$140 juta.
Proyek pembangkit listrik terapung Chirada merupakan joint venture antara PT PLN dan perusahaan Arab, Masdar.
Kota Noor Rahmawati
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”