Indonesia telah mengakhiri upayanya untuk menyelamatkan sisa-sisa kapal selam yang tenggelam di lepas pantai Bali pada 21 April, menewaskan semua 53 awaknya.
KRI Nanggala menghilang setelah meminta izin untuk menyelam saat latihan torpedo hidup di Laut Bali.
Kapal berusia 40 tahun itu ditemukan beberapa hari kemudian, pecah menjadi tiga bagian.
Upaya hingga saat ini gagal untuk memulihkan bangkai kapal dari kedalaman lebih dari 800 meter (2.600 kaki). Penyebab bencana masih dalam penyelidikan.
“Operasi penyelamatan telah selesai,” kata juru bicara Angkatan Laut Julius Widjogono kepada kantor berita Reuters.
Angkatan Laut Indonesia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tim gabungan Indonesia-China menyelam 20 kali untuk mengumpulkan foto, video, dan bagian dari kapal selam yang tenggelam.
Tak satu pun dari 53 orang di dalamnya telah ditemukan.
“Keluarga kami berharap untuk meningkatkannya,” Sudarmji, ayah dari salah satu awak, seperti dikutip AFP mengatakan sesaat sebelum pengumuman Rabu bahwa operasi penyelamatan telah berakhir.
“Tidak masalah apakah itu membutuhkan waktu atau kami harus meminta lebih banyak bantuan dari negara lain,” tambahnya.
Tak lama setelah kapal selam itu menghilang, militer Indonesia mengkonfirmasi bahwa puing-puing, termasuk sajadah, telah ditemukan di daerah di mana kapal itu menghilang.
Hilangnya KRI Nanggala menyebabkan pencarian internasional dengan Amerika Serikat, Australia, Singapura, Malaysia dan India untuk memberikan bantuan.
Kapal buatan Jerman ini mengalami renovasi pada tahun 2012.
Wartawan dan analis militer Edna Caroline Batisina mengatakan kepada Reuters bahwa kapten kapal selam, Letnan Kolonel Heri Octavian, telah mengakui bahwa dia menunda perbaikan kapal yang dijadwalkan tahun lalu karena wabah virus corona.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”