TEMPO.CO, Jakarta – itu Asian Games Dia secara resmi mengakhiri perjalanannya selama hampir dua minggu pada hari Minggu, 8 Oktober, dengan upacara penutupan besar-besaran di Stadion Olimpiade Hangzhou. Tuan rumah Tiongkok mendominasi perolehan medali, muncul sebagai juara umum dengan total 201 medali emas, 111 perak, dan 71 perunggu.
Perolehan medali tersebut bahkan mengungguli prestasi Jepang yang menempati posisi kedua dengan perolehan 52 emas, 67 perak, dan 69 perunggu. Sementara itu, Indonesia meraih tujuh medali emas, 11 perak, dan 18 perunggu, menempati peringkat 13 klasemen keseluruhan perolehan medali, unggul atas Malaysia.
Di Asia Tenggara, Thailand menjadi penampil terbaik dengan meraih 12 medali emas, 14 perak, dan 32 perunggu.
Indonesia meleset dari target 12 medali emas dan peringkat ke-12. Pencapaian tersebut juga jauh berbeda dengan Asian Games 2018 yang total medali yang diraih tim Mirah Putih adalah 98 medali, yang terdiri dari 31 emas, 24 perak, dan 43 perunggu.
Namun faktor tuan rumah turut mempengaruhi hasil tersebut karena ada keistimewaan menambah cabang olahraga unggulan. Jika faktor tuan rumah tidak diperhitungkan, hasil di Hangzhou adalah yang terbaik dalam 41 tahun terakhir.
Pada Asian Games New Delhi 1982, Indonesia meraih empat medali emas, empat perak, dan tujuh perunggu. Sementara peringkat Indonesia semakin baik sejak Asian Games di Busan dan Korea Utara tahun 2002. Saat itu tim berada di peringkat ke-14.
Raja Sapta Oktohari, Presiden Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia), menilai performa tim Indonesia di Asian Games Hangzhou 2023 patut menjadi evaluasi untuk Olimpiade Paris 2024.
Banyak sekali referensi Asian Games yang bisa kita jadikan bahan evaluasi Paris. Selanjutnya, kita perlu duduk bersama dan mengevaluasi perbaikan apa yang perlu kita lakukan. “Tinggal satu tahun lagi menuju Olimpiade Paris dan babak kualifikasi, dan kita perlu meningkatkannya,” kata Octo, mengutip keterangan resmi, Minggu.
Octo menilai ada sejumlah hal yang patut disyukuri. “BMX meneruskan tradisi meraih medali emas di Jakarta-Palembang (Asian Games 2018). Prestasi atlet Wushu di negara asal pencak silat ini sangat memukau. Atlet menembak mendapat tiket ke Olimpiade Paris 2024,” ujarnya. .
Di cabang angkat besi, atlet Rahma Erwin Abdullah berhasil meraih medali emas dan memecahkan rekor dunia, rekor Asia, dan rekor Asian Games. Panjat cepat pun berhasil mencetak rekor di Asian Games, dan medali perak yang diraih tim ski insya Allah bisa menjadi modal lolosnya Indonesia ke Paris.
Octo juga meminta warganet untuk tidak mem-bully atlet yang gagal mencetak gol di media sosial. “Atlet adalah aset bangsa, mereka berjuang untuk kita semua, jadi mereka tidak pantas dianiaya.”
Ia juga mengatakan, hasil Asian Games bisa menjadi bahan evaluasi terhadap Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Ketua Misi Indonesia (CdM) Basuki Hadimuljono mengatakan Asian Games merupakan pengalaman berharga baginya untuk berinteraksi dengan para atlet.
“Kalau dari segi evaluasi, olahraga pasti ada standarnya. Di Incheon kita peringkat 17, dan di sini peringkat 13. Kita perlu evaluasi di bidang olahraga yang perlu ditingkatkan pemerintah. Pertama, fasilitas dan programnya,” kata Basuki. .
“Setahu saya anggaran tidak masalah. Programnya harus dievaluasi karena anggaran juga harus disesuaikan dengan program. Ini yang harus dibenahi kalau tujuan kita Olimpiade,” pungkas Basuki. dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Keuangan.
Nour El-Din Saleh
Pilihan Editor: Atlet angkat besi Indonesia meraih medali emas Asian Games ke-19 dan memecahkan rekor dunia
klik disini Untuk mendapatkan update berita terkini dari Tempo di Google News
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”