Dengan hampir 60% suara nasional telah dihitung sejauh ini, Menteri Pertahanan Indonesia saat ini, Prabowo Subianto, dan pasangannya serta putra Presiden Jokowi “Joko” Widodo, Gibran Rakabuming Raka, akan dinyatakan sebagai pemenang pemilu Indonesia tahun 2024. . Prabowo akan menjadi presiden pada Oktober 2024, sementara Gibran akan menjadi wakil presiden berikutnya. Namun, meski kinerja kubu Prabowo-Gibron cukup baik dalam pemilu, partai-partai koalisi yang dipimpin dan didukung oleh duo Prabowo-Gibron tidak mampu meraih mayoritas absolut dalam pemilu legislatif. Hasil pemilu tinggal beberapa minggu lagi untuk diumumkan secara resmi.
Dari sudut pandang domestik, masa depan Prabowo tidak terlihat sulit jika ia mengikuti model 'koalisi besar' yang diterapkan Jokowi dan menjaga jumlah kursi oposisi seminimal mungkin. Hal ini tentu saja memiliki beberapa tantangan, termasuk bagaimana portofolio kabinet didistribusikan.
Dalam beberapa kesempatan menjelang pemilu, Prabowo berjanji akan melanjutkan beberapa kebijakan yang digagas Jokowi. Kebijakan-kebijakan utama Jokowi akan berlanjut pada masa kepresidenan Prabowo karena tiga alasan:
Pertama, Prabowo, yang menjabat sebagai menteri kabinet pada pemerintahan Jokowi dan memegang jabatan penting sebagai menteri pertahanan, telah melihat secara langsung keberhasilan model pemerintahan yang tertib, meski tanpa cacat. Ini harus menjadi acuan baginya. Prabowo telah berjanji untuk terus melaksanakan proyek-proyek infrastruktur besar dan proyek-proyek yang diprakarsai oleh Jokowi, termasuk pemindahan ibu kota ke Nusantara. Dia juga tampaknya mendukung inisiatif kesejahteraan dan keamanan sosial yang diusung Jokowi.
Kedua, kebijakan Jokowi mungkin akan dilanjutkan oleh putra sulungnya Gibran Rakabuming Raaka yang berpotensi menjadi wakil presiden berikutnya. Ketiga, Jokowi ingin warisannya diteruskan. Dukungan partai politiknya pada pemerintahan Prabowo dan kehadiran putranya serta rekan-rekan lainnya akan memastikan relevansi Jokowi dalam politik Indonesia.
Namun, para menteri penting di pemerintahan Jokowi merasa tidak nyaman bekerja dengan Prabowo. Daftar tersebut antara lain Menteri Luar Negeri Redno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indravati, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono. Masih harus dilihat apakah para pemimpin ini akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo. Portofolio-portofolio penting ini membentuk sifat keseluruhan pemerintahan Prabowo.
Ikatan keluarga dan riwayat karier Prabowo mungkin berperan dalam membentuk kepresidenannya. Prabowo menikah dengan putri mantan Presiden Suharto, sedangkan ayahnya, Sumitro Djohadikusumo, seorang ekonom terkemuka, menjabat sebagai Menteri Perekonomian di bawah mantan Presiden Sukarno dan Menteri Riset dan Teknologi di bawah Suharto. Warisan keluarga tidak hanya membentuk aspirasi politik Prabowo namun kemungkinan besar juga akan membentuk kebijakannya.
Usulan Prabowo pada Dialog Menteri Pertahanan Shangri-La untuk menciptakan zona demiliterisasi dan menggunakan referendum PBB untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina menuai banyak kritik di dalam dan luar negeri. Urusan internasional juga harus mendapat perhatian. Keterikatan pribadinya dengan Amerika Serikat dalam catatan hak asasi manusianya merupakan faktor lain yang membentuk hubungan Indonesia-AS. Selama dua periode kepemimpinan Jokowi sebagai presiden, hubungan Indonesia-AS semakin kuat. Masih harus dilihat apakah Amerika akan siap menyambut Prabowo dan pemerintahannya dengan kehangatan yang sama. Meskipun ia tampak bersemangat untuk bekerja sama dengan Tiongkok dalam proyek infrastruktur, pandangannya mengenai sengketa Laut Cina Selatan juga harus menjadi pertimbangan.
Namun, tantangan besar yang dihadapinya adalah bagaimana ia menindaklanjuti rencana belanja pertahanannya dan menumbuhkan perekonomian Indonesia pada kecepatan yang berkelanjutan. PDB Indonesia telah tumbuh sebesar 5% per tahun – sebuah pencapaian luar biasa yang memerlukan kebijakan dan manajemen ekonomi yang efisien. Mengelola momentum pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tugas yang akan mendapat perhatian serius dari Prabowo. Sebuah langkah melampaui kebijakan bottom-line Jokowi diharapkan oleh banyak pengamat di Indonesia. Dibandingkan Jokowi yang lebih fokus pada pembangunan ekonomi dan kesejahteraan, Prabowo lebih tertarik mengutamakan keamanan Indonesia dan posisinya dalam urusan regional dan global. Janjinya untuk 'Indonesia Pertama' selama kampanye pemilu merupakan tanda kecenderungan nasionalis dalam kebijakan luar negeri Indonesia.
Secara keseluruhan, sepertinya Provo akan menambahkan preferensi dan kebijakannya sendiri ke dalam kebijakan inti pemerintahan Jokowi. Masih harus dilihat bagaimana ia memenuhi janji pemilunya dengan menggabungkan keduanya.
Artikel ini ditulis oleh Rahul Mishra, Peneliti Senior, Pusat Keunggulan Kebijakan Publik dan Tata Kelola yang Baik (CPG) Jerman-Asia Tenggara, Universitas Thammasat, Thailand dan Profesor Madya, Pusat Studi Indo-Pasifik, Universitas Jawaharlal Nehru, New Delhi . .