Pemerintah dan sektor swasta di Indonesia telah bekerja sama untuk melatih 9 juta profesional digital pada tahun 2030 sebagai bagian dari proses digitalisasi negara.
Indonesia telah terjun dalam gelombang digitalisasi yang melanda Asia Tenggara. Baru-baru ini, pada tahun 2018, pemerintah Indonesia Diluncurkan Inisiatif Industri 4.0 “Making Indonesia 4.0”, yang mencakup sektor-sektor utama seperti makanan dan minuman, elektronik otomotif, kimia, tekstil, dan pakaian. Para menteri perindustrian juga mencapai konsensus bahwa Internet of Things adalah tulang punggung terpenting bagi Indonesia menuju Industri 4.0, pandangan yang divalidasi oleh laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Nilai Internet of Things di Indonesia diperkirakan akan mencapai 30 miliar dolar AS (Rp 444 triliun) pada tahun 2022, menunjukkan peluang ekonomi yang sangat besar yang datang dengan perkembangan Internet of Things.
Pemerintah secara konsisten mendukung program pengembangan talenta digital sebagai salah satu kunci transformasi digital sebagai bagian dari rencana yang lebih besar untuk mendigitalkan Indonesia. Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika menawarkan Beasiswa Digital Talent (DTS) 2021, sebuah program motivasi yang dimulai pada 2018 untuk melatih talenta-talenta baru Indonesia yang melek digital.
Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa: sebuah program Ini bertujuan untuk melatih para profesional yang sangat terampil di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
“Digital talent adalah salah satu kunci transformasi digital. DTS merupakan salah satu program yang mendukung arahan Presiden Indonesia tentang transformasi digital nasional, yang menargetkan 9 juta talenta digital yang sangat terampil pada tahun 2030,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Pada saat yang sama, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi meluncurkan program “Kampus Merdeka” yang berfokus pada kewirausahaan dan startup digital. Program Ditjen untuk tahun 2021, menurut Ditjen, akan mencakup kerjasama erat dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengembangkan kurikulum yang berfokus pada startup, serta program pelatihan online besar-besaran untuk siswa dan guru, dengan target 100.000 peserta.
Melalui kolaborasi antara Talent Scout Academy di DTS [TSA] dan program Kampus Merdeka, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga memfasilitasi mahasiswa yang berminat dan berbakat di bidang TIK.
Sektor swasta juga mendukung program pemerintah, seperti raksasa e-commerce di Indonesia, yang akan menawarkan program magang terakreditasi di bidang rekayasa perangkat lunak, pemasaran dan pengembangan bisnis.
Melalui akademi yang mencakup konferensi teknologi START Summit, raksasa e-commerce ini juga akan menyediakan pusat pembelajaran bagi para praktisi teknologi Indonesia. Raksasa e-commerce ini telah meluncurkan Center of Excellence for Artificial Intelligence dengan Universitas Indonesia (UI) dan bekerja sama dengan universitas di bidang e-commerce.
Ketersediaan, kesiapan, dan kematangan talenta digital adalah beberapa kunci untuk mencapai industri teknologi yang kompetitif secara global. Melalui akademi e-commerce kami, kami menyediakan platform untuk mengasah bakat digital di Indonesia untuk mendorong penciptaan lebih banyak inovasi, serta mempromosikan lanskap teknologi di Indonesia.
Jakarta menduduki peringkat kedua ekosistem startup terbaik dalam daftar Top 100 Emerging Ecosystem setelah Mumbai, India, menurut Global Startup Ecosystem Report 2020. Indikator evaluasi meliputi kinerja startup, pendanaan, akses pasar, dan talenta digital. Jakarta Digital Talent Assessment mendapat skor terendah dari keempatnya.
Data ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan talenta digital di Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan kolaborasi yang mendesak antara pemerintah, platform digital, dan akademisi dalam mengembangkan talenta digital untuk mencapai target 9 juta pada tahun 2030.
Mengadopsi strategi transformasi digital harus menjadi prioritas utama bagi setiap organisasi yang ingin tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang di dunia perubahan yang serba cepat saat ini. Namun, sebagian besar organisasi tidak cukup siap untuk merancang, menerapkan, atau menerapkan teknologi digital ke berbagai aspek bisnis mereka.
Kurangnya pengetahuan dalam tim, budaya organisasi, dan efektivitas tim TI adalah hambatan umum untuk transformasi digital. Sebuah transformasi digital Ini memerlukan cara berpikir dan pendekatan manajemen baru, serta profesional dengan keterampilan untuk meningkatkan dan memimpinnya.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”