Tentara Nasional Indonesia (TNI) secara resmi menaikkan status operasionalnya menjadi “siaga tempur darat” setelah bentrokan akhir pekan dengan Tentara Pembebasan Papua Barat di Papua Barat yang menyebabkan banyak korban di kedua belah pihak.
Panglima TNI Udo Marcono membuat pengumuman di Jakarta pada hari Selasa sekembalinya dari Papua Barat.
Marcono mengatakan keputusan itu diambil setelah “penilaian yang sangat menyeluruh” dari operasi gabungan polisi dan militer untuk menyelamatkan Phillip Mehertens, seorang warga Selandia Baru yang disandera oleh separatis Papua Barat pada bulan Februari.
Jumlah korban terbanyak dilaporkan dalam bentrokan dengan pemberontak Papua, yang mengklaim telah membunuh dan menangkap selusin tentara Indonesia.
Berdasarkan Pos Jakarta, TNI mengatakan “menggunakan pendekatan damai untuk operasi penyelamatan… untuk menjaga keamanan penduduk setempat”.
Namun, konflik fatal “mengubah perspektif” operasinya.
“Untuk menghadapi serangan seperti itu, kami akan menaikkan level pasukan siaga,” kata Udo kepada kantor berita.
Sementara itu, Tentara Pembebasan Papua Barat telah meminta pemerintah Selandia Baru untuk menengahi dan meredakan ketegangan di Nedukama di Dataran Tinggi Papua.
RNZ Pacific juga menerima laporan tentang serangan udara Indonesia terhadap posisi separatis, yang menurut para pemimpin pemberontak dapat membahayakan nyawa Mehertens.
Mereka menyerukan gencatan senjata dan mendesak Jakarta dan Wellington untuk berhenti mengabaikan seruan untuk pembicaraan damai.
RNZ Pacific telah menghubungi Kementerian Luar Negeri Selandia Baru dan Indonesia untuk mendapatkan informasi terbaru tentang situasi tersebut.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”