19 Mei 2023
Jakarta – Tim sepak bola remaja putra Indonesia meraih medali emas di final SEA Games yang mendebarkan di Kamboja pada hari Selasa, mengalahkan Thailand untuk mengakhiri penantian 32 tahun untuk mendapatkan hadiah utama di wilayah tersebut.
Kemenangan di Stadion Olimpiade di Phnom Penh diharapkan menjadi pertanda baik bagi para pecinta sepak bola Tanah Air, yang terpaksa berkubang dalam kekecewaan setelah timnasnya harus membatalkan kesempatan bermain di FIFA U-20 Dunia. Cangkir. Bulan lalu.
Tim muda Garuda mengalahkan Thailand 5-2 dalam laga seru yang berlangsung selama 120 menit, dan menyaksikan wasit Qasim Matar Ali Al-Hatemi membagikan 16 kartu kuning dan tujuh kartu merah kepada pemain dan staf teknis kedua kubu.
Indonesia unggul terlebih dahulu pada menit ke-21 lewat sundulan penyerang Ramadan Sananta dari jarak dekat yang ditembakkan Alvindra Diwanja, namun lolos dari jangkauan kiper Thailand Suponwit Rakyart.
Ramadan menggandakan keunggulan Indonesia di menit tambahan terakhir jelang babak pertama berakhir lewat tembakan sempurna ke gawang kosong, namun Thailand mampu memperkecil ketertinggalan lewat gol Anan Yudsangwal pada menit ke-65.
Tensi meningkat pada menit ketujuh perpanjangan waktu babak kedua, ketika pelatih dan pemain Indonesia bersuka cita dan merayakan peluit Kasim karena yakin pertandingan akhirnya usai.
Ternyata wasit memberikan tendangan bebas kepada Thailand yang menggantikan Utsakorn Burava, dan kemudian dengan cepat mencetak gol penyama kedudukan melewati kiper Ernando Ari Sutarade.
Segalanya berubah menjadi buruk dengan cepat setelah para pemain Thailand dan staf pelatih menuju ke bangku cadangan Indonesia untuk merayakannya, yang memicu perkelahian antar tim lawan.
Meski terjadi perubahan dramatis, Garuda Muda terus berusaha maju untuk kembali memimpin. Baru dua menit memasuki babak tambahan pertama, Irfan Johri mencetak gol lewat tendangan memukau ke pojok kanan atas.
Gol ini kembali memicu pertengkaran sengit antara pemain dan staf teknis, yang menyebabkan Qasim mengeluarkan lima kartu merah: satu untuk masing-masing pemain Indonesia dan Thailand, dan tiga untuk staf teknis kedua tim.
Thailand kemudian kehilangan dua pemain lagi karena kartu kuning masing-masing pada menit ke-101 dan 118, ketika Jonathan Khimdi dan Terasak Boivimai dikeluarkan dari lapangan karena kartu kuning kedua.
Dengan hanya tersisa delapan pemain di lapangan, Thailand tidak mampu bangkit. Indonesia kemudian melaju dengan memperbesar keunggulan dua gol melalui dua pergantian pemain: Fajr Fathur Rahman pada menit ke-107 dan Beckham Putra pada menit ke-120.
Suasana meriah
Presiden Joko “Jokowi” Widodo merayakan kemenangan bersejarah di Medan, Sumatera Utara, bersama putra, menantu, dan anggota staf kepresidenannya, dan melalui media sosial ia menyampaikan ucapan selamat yang tulus.
“Saya senang sekali, kami sudah menunggu untuk menjadi juara Asia Tenggara selama 32 tahun!” Postingan Jokowi dari toko durian pada Selasa usai menonton pertandingan.
“Pemain kami punya mental juara, mentalitas juara. […] Selamat kepada seluruh pemain, pelatih, dan ofisial tim. Ia mengatakan, kemenangan ini merupakan hasil kerja keras selama bertahun-tahun.
Secara terpisah, Presiden Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Eric Tohir, yang mendampingi tim muda di Kamboja, melalui Twitter mengungkapkan kebahagiaannya setelah Indonesia mengakhiri kekeringan emas selama 32 tahun.
“Alhamdulillah, penantian kami selama 32 tahun telah berakhir. […] Segala puji bagi Tuhan yang memberkati usaha para pemain kami. Terima kasih atas dukungan seluruh warga negara Indonesia. “Medali emas ini menjadi bukti bahwa kita adalah bangsa pejuang.”
Banyak pihak yang ikut memberikan ucapan selamat kepada tim muda, termasuk Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristianto yang menilai kemenangan tersebut semakin berarti mengingat Indonesia bukan tuan rumah SEA Games.
Partai Hasto berperan penting dalam keputusan FIFA yang mencabut hak Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA dan tiket kualifikasi otomatisnya. Ia berharap kemenangan ini bisa membuka jalan bagi tim sepak bola untuk menjuarai turnamen yang lebih besar.
“Kami bangga dengan upaya tim sepak bola muda kami dan semangat juang yang kuat dari para pemain. […] Usai Southeast Asian Games, Piala Asia 2023 bisa menjadi batu loncatan Indonesia selanjutnya untuk berkiprah di kancah global.
Harapan untuk masa depan
Manajer tim sepak bola yunior Indra Sjafri menyatakan harapannya bahwa kemenangan hari Selasa akan menebus kekecewaan para penggemar sepak bola menyusul keputusan FIFA bulan lalu, yang menolak kesempatan pertama tim nasional untuk bermain di turnamen yunior.
Hak tuan rumah Indonesia dicabut bulan lalu, tak lama setelah Gubernur Jawa Tengah Jangar Burnauvo dan Gubernur Bali Ai Wayan Koster, keduanya anggota partai PDI-P, menyatakan penolakan mereka terhadap partisipasi tim nasional Israel dalam ajang sepak bola global tersebut, mengutip Indonesia. Penentangan terhadap pendudukan Israel di Palestina.
Para pemain dan penggemar sepak bola Indonesia yang marah menggunakan media sosial untuk mengungkapkan rasa frustrasi mereka, dengan komentar kritis terutama ditujukan kepada politisi dari partai PDI-P. Pakar olahraga Djoko Bekik Erianto mengatakan tim muda Garuda tidak boleh kehilangan fokus usai turnamen ini, dan otoritas sepak bola harus memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih banyak mempromosikan talenta muda guna memastikan tempat di Piala Dunia FIFA U-20 2026.
“Saya menyadari akan ada banyak wawancara dan promosi untuk para pemain, jadi sangat penting bagi manajer tim untuk tetap fokus pada pertandingan,” kata Djoko kepada The Jakarta Post, Rabu.
“Tentunya kita tidak boleh berhenti sampai disini saja, jika ingin membuktikan bahwa kita memang bisa mengamankan tempat di Piala Dunia U-20 2026, maka kita harus mulai mempersiapkan Garuda muda dari sekarang.
Pihak berwenang telah menjanjikan reformasi besar-besaran terhadap sepak bola Indonesia setelah kejadian terinjak-injak yang mematikan di Stadion Kanjuruhan tahun lalu, yang mengungkap kesalahan manajemen selama bertahun-tahun, infrastruktur yang buruk, dan hooliganisme dalam olahraga tersebut.