JAKARTA (ANTARA) – Upaya pemerintah membangun lebih banyak bendungan dan embung di Indonesia merupakan langkah nyata dalam mengatasi ancaman perubahan iklim, kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
“Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim, pemerintah Indonesia harus lebih banyak membangun tempat penampungan air, baik berupa embung maupun bendungan. Kita prioritaskan bendungan agar cadangan air lebih banyak saat musim kemarau,” ujarnya di Jakarta, Jumat. Minggu.
Hadimuljono mencatat, pemerintah bertujuan menjadikan bendungan dan waduk sebagai infrastruktur penting untuk penyimpanan air.
Namun dari segi jumlah bendungan, kata dia, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain seperti Korea Selatan dan China.
“Sebagai negara kepulauan, kita perlu berpikir besar untuk terus menambah jumlah waduk. Hingga akhir tahun 2022, Tiongkok telah membangun sedikitnya 98.000 bendungan, disusul Korea Selatan sebanyak 18.000 bendungan. Sementara kita baru membangun 300 bendungan,” tunjuknya. keluar.
Menteri kemudian menekankan pentingnya memodifikasi desain bendungan untuk membantu waduk mengelola air dengan lebih baik selama musim kemarau dan hujan.
“Desain bendungan perlu diperbarui. Semua bendungan harus memiliki pintu air sehingga bisa diperbaiki sepenuhnya pada musim hujan dan kemarau,” katanya.
Ia mengatakan Kementerian PUPR terus memprioritaskan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.
“Misalnya kita ingin membangun pembangkit listrik tenaga surya terapung yang memanfaatkan 20 persen luas bendungan. Dengan pembangkit tersebut, kita bisa menghasilkan listrik sebesar 4.800 MW di seluruh bendungan,” ujarnya. .
Hadimuljono menambahkan Kementerian PUPR sudah mulai memanfaatkan 23 bendungan sebagai pembangkit listrik tenaga air.
“Saat ini jumlah listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga air hanya sembilan persen dari listrik yang dihasilkan oleh seluruh jenis pembangkit listrik di Indonesia,” ujarnya.
Berita terkait: Indonesia siap bekerja sama dalam aksi iklim: Pandit
Berita terkait: Pemerintah terus berupaya mengurangi emisi untuk mengatasi krisis iklim
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”