Jadi kami siap bekerja sama dengan pihak lain dari semua negara untuk mengembangkan baterai EV dan mengembangkan infrastruktur kami.
JAKARTA (ANTARA) – Business 20-Task Force on Energy, Sustainability and Climate (B20-TF ESC) telah membuat beberapa rekomendasi kebijakan untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia.
“Kami telah mengajukan beberapa rekomendasi kebijakan dan langkah-langkah kebijakan, terutama bagaimana mempercepat penetrasi EV di masing-masing negara,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Niki Vidyawati dalam acara di Paviliun Indonesia dalam rangka World Economic Forum. Di Davos, Swiss, Rabu.
Acara tersebut bertemakan “Pembangunan Ekonomi Indonesia melalui Industri Hilir dan Kemitraan Inklusif”.
Vidyavathy mengatakan rekomendasi kebijakan termasuk mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, memastikan perubahan harga yang adil dan terjangkau, serta meningkatkan keamanan energi.
Pertamina fokus pada efisiensi energi untuk mempercepat penggunaan energi berkelanjutan, dengan elektrifikasi menjadi faktor penentu keberhasilan, ujarnya.
“Ada target efisiensi energi sisi permintaan, bagaimana mengelola efisiensi energi sisi permintaan, yang kami percaya elektrifikasi akan menjadi key success factor,” ujarnya.
Selain itu, ia menyoroti perlunya pembiayaan, terutama dari negara maju, karena transisi ke energi terbarukan membutuhkan investasi modal yang sangat besar.
“Jadi kita juga butuh investasi dari negara maju,” katanya.
Vidyavathy, yang juga menjabat sebagai Co-Chair B20-TF ESC selama G20 2022, mengatakan bahwa rekomendasi kebijakan kedua menyoroti kebutuhan untuk memastikan transisi yang adil dan terjangkau.
Rekomendasi tersebut menunjukkan perlunya mempersiapkan transisi yang rasional dari sektor-sektor yang terkena dampak transisi energi ke sektor-sektor terkait, katanya.
Dia juga menekankan perlunya memastikan praktik berkelanjutan dalam akses mineral untuk mengembangkan infrastruktur energi baru yang bersih dan rendah karbon, termasuk kendaraan listrik.
Rekomendasi ketiga menyangkut kebutuhan untuk meningkatkan ketahanan energi.
“Kami membutuhkan kerangka kerja dan regulasi seperti insentif untuk mengembangkan dan mengakselerasi ekosistem EV,” jelas Vidyavathy.
PT Pertamina (Persero) berperan penting dalam mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik.
“Dengan cadangan nikel yang ada di Indonesia, kami yakin bisa memproduksi baterai dan meningkatkan penetrasi EV,” ujar Vidyawati.
Pertamina memiliki infrastruktur yang kondusif untuk penetrasi EV, imbuhnya.
Perusahaan juga memiliki data tersegmentasi tentang daya beli, mobilitas, dan karakteristik, katanya.
PT Pertamina (Persero) memiliki lebih dari 7.400 SPBU, 6.100 Pertashop dan 63.000 outlet LPG.
“Jadi kami siap berkolaborasi dengan pihak lain dari semua negara untuk mengembangkan baterai EV dan mengembangkan infrastruktur kami,” kata Vidyavathy.
B20-TF ESC adalah komunitas bisnis yang mendukung G20 dengan rekomendasi kebijakan yang berguna dan dapat ditindaklanjuti dari perspektif bisnis.
Ini memiliki lebih dari 150 anggota, dengan delapan ketua bersama yang diambil dari banyak negara dengan arketipe energi yang berbeda.
Sementara itu, Menteri Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengatakan pengembangan ekosistem EV di Indonesia sudah dimulai dengan melibatkan perusahaan asing dan BUMN termasuk PT Pertamina (Persero).
Setidaknya ada empat perusahaan yang berencana berinvestasi di Indonesia untuk mendukung pengembangan EV, antara lain LG, CATL, Foxconn, dan Britishvolt.
“LG menginvestasikan US$9,8 miliar, sementara CATL sekitar US$6 miliar, menggabungkan dengan BUMN Indonesia PT Pertamina (Persero), MIND ID dan PT Antam,” kata Lahadalia.
Selain itu, Foxconn berencana menginvestasikan US$8 miliar dan BritishVolt US$2 miliar.
Menurut Lahadalia, pemerintah menyambut serius investor ke Indonesia dengan menawarkan fasilitas perizinan yang mudah dan insentif pajak.
Berita Terkait: Menteri menjabarkan investasi lingkungan EV
Berita Terkait: Akselerasi Ekosistem EV Butuh Dukungan Insentif: Legislator
Berita Terkait: Platform pemantauan bangunan BPPT untuk mendukung ekosistem EV
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”