Jakarta, 29 Dia berjalan 2023 – Data baru dari laporan penelitian, Gateway to the Open Internet, oleh The Trade Desk (Nasdaq: TTD), pemimpin dunia dalam teknologi periklanan dan Kantar menunjukkan bahwa lebih dari 190 juta orang Indonesia beralih ke Internet terbuka untuk hiburan, berita, dan informasi umum. . Internet terbuka terdiri dari saluran seperti over-the-top (OTT), televisi terhubung (CTV), streaming musik, berita, situs web publik, dan game online. Riset ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia yang melek digital semakin mengubah kebiasaan media mereka ke konten premium yang diproduksi secara profesional di saluran seperti OTT/CTV dan streaming musik versus platform konten buatan pengguna (UGC).
“Internet yang terbuka memberikan peluang bagi pemasar yang mencari alternatif platform konten buatan pengguna,” kata Purnomo Kristanto, General Manager The Trade Desk Indonesia. “Ini adalah alternatif dengan skala, akurasi, dan nilai di mana merek bisa mendapatkan pengukuran yang objektif dan berdasarkan data dari kampanye iklan mereka.”
Konten premium Korea dan lokal mendorong pertumbuhan OTT
Streaming di platform OTT telah menjadi bentuk hiburan yang dominan karena orang dapat mengakses acara favoritnya melalui perangkat kapan saja dan di mana saja. Saat orang Indonesia beralih ke OTT untuk konten premium yang diproduksi secara profesional, OTT muncul sebagai salah satu saluran dengan pertumbuhan tercepat di internet terbuka. Data menunjukkan bahwa 25 persen masyarakat Indonesia mengharapkan penggunaan OTT/CTV meningkat secara signifikan dalam enam bulan ke depan.
K-wave mendorong preferensi pemirsa atas OTT dengan tiga dari lima orang Indonesia menyebut K-drama dan K-pop sebagai dua jenis konten favorit mereka. Di antara mereka yang mengonsumsi konten Korea, penggunaan OTT/CTV hampir 3 kali lebih banyak dibandingkan dengan platform UGC. Di antara saluran internet terbuka, OTT/CTV adalah tempat orang Indonesia mengikuti dan menonton konten lokal selebriti dan influencer.
Riset tersebut menegaskan bahwa audiens muda seperti Gen Z (usia 16-24) dan milenial muda (usia 25-34) mengandalkan OTT untuk menghadirkan konten premium lebih dari generasi lainnya. Kelompok usia ini termasuk yang paling dicari oleh pengiklan karena mereka berada pada tahap kehidupan di mana mereka mulai membangun loyalitas merek jangka panjang, dan cenderung menjadi pemimpin di semua kelompok umur.
OTT dan streaming musik membuka peluang bagi pengiklan
Karena selera konsumen akan konten premium Korea dan lokal terus tumbuh, OTT dan streaming musik muncul sebagai saluran periklanan yang efektif bagi pemasar. Faktanya, wanita lebih banyak mendengarkan platform streaming musik yang didukung iklan daripada pria. Riset ini juga menunjukkan bahwa orang Indonesia tidak hanya lebih mudah menerima iklan di saluran premium ini, tetapi juga menganggap merek yang beriklan di OTT dapat dipercaya. Enam puluh tujuh persen orang Indonesia lebih cenderung mempercayai merek yang beriklan di OTT/CTV, dibandingkan dengan platform UGC.
Data tersebut juga menyoroti bahwa pengguna lebih cenderung melakukan banyak tugas dan kurang menerima iklan saat berada di media sosial. Faktanya, orang Indonesia 17 persen lebih cenderung melewatkan iklan di platform konten buatan pengguna, dibandingkan dengan iklan di OTT. Di sisi lain, lingkungan konten premium mengarah pada ingatan merek yang lebih kuat, terutama dengan wanita karena mereka 16 persen lebih mungkin untuk memanggil iklan merek di saluran ini, dibandingkan dengan platform konten buatan pengguna.
“Meskipun platform UGC seperti media sosial mungkin memiliki jangkauan yang luas, studi ini menunjukkan bahwa orang Indonesia kurang terlibat di platform ini. Riset baru ini menyoroti bahwa internet terbuka mendapat perhatian iklan yang lebih baik di kalangan masyarakat Indonesia, memungkinkan jangkauan dengan dampak yang lebih baik.” Ia menambahkan, “Membuktikan nilai internet terbuka memungkinkan meja perdagangan bermitra dengan merek untuk menjangkau audiens yang tepat, sekaligus memberi pemasar akurasi level baru untuk meningkatkan efektivitas kampanye.
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa orang Indonesia lebih cenderung mengingat seluruh iklan – termasuk merek dan produk/layanan yang diiklankan – di saluran internet terbuka seperti OTT/CTV, streaming musik, dan game online. Di sisi lain, konsumen di platform UGC lebih cenderung hanya mengingat merek atau produk/layanan yang diiklankan.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”