KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Tech

Jangan melebih-lebihkan kemampuan AI, ini hanyalah alat penelitian

Cakupan ilmu material yang luas—yang mencakup kimia, fisika, teknik, dan nanoteknologi—memberikan peluang besar bagi kecerdasan buatan untuk mempercepat penemuan melalui pemodelan komputasi, analisis properti, dan desain material baru.

Klaim ilmu material Google DeepMind menyoroti bagaimana kemampuan ini akan berdampak pada penelitian yang didukung AI. Namun, artikel Anjana Ahuja (“Dapatkah AI Benar-Benar Mengubah Dunia Fisik Kita?” Opini, 17 April) dengan tepat menunjukkan gelombang kekhawatiran yang semakin besar di kalangan peneliti mengenai keberhasilan penggunaan AI.

Meskipun alat AI menawarkan potensi untuk mempercepat penelitian—baik melalui ekstraksi pengetahuan, analisis literatur, atau asisten AI interaktif—skeptisisme para pakar domain terhadap temuan DeepMind menggarisbawahi poin penting.

AI harus dipandang sebagai teknologi “asistif” untuk meningkatkan dan memungkinkan kerja para ahli, bukan sebagai pengganti langsung dari pemahaman mendalam yang diperoleh dari studi khusus selama bertahun-tahun. Inovasi sebenarnya terletak pada kemitraan antara domain komputasi AI dan domain pengetahuan ilmuwan material berpengalaman.

Pada akhirnya, interpretasi, validasi, dan penerapan penemuan bertenaga AI di dunia nyata harus dipimpin oleh manusia yang ahli dan ahli di bidangnya.

Daripada meningkatkan kemampuan AI, kita harus menghargai perannya sebagai alat pelengkap untuk mendorong dan memperluas pekerjaan para peneliti terkemuka.

Victor Botev
CTO dan Salah Satu Pendiri Iris.ai
Stabaek, Norwegia

READ  Meta memperkenalkan kacamata realitas virtual seperti pasar mata Apple

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pop culture ninja. Social media enthusiast. Typical problem solver. Coffee practitioner. Fall in love. Travel enthusiast."