Jutaan masyarakat Indonesia memilih presiden baru dalam salah satu pemilu terbesar di dunia
JAKARTA, Indonesia (AP) — Jutaan masyarakat Indonesia memilih presiden baru pada hari Rabu ketika negara demokrasi terbesar ketiga di dunia berupaya bangkit dari era kediktatoran brutal selama lebih dari 25 tahun untuk menjadi kekuatan ekonomi global.
Menteri Pertahanan Indonesia saat ini, mantan jenderal yang dituduh melakukan kekejaman terhadap hak asasi manusia, dan dua mantan gubernur bersaing untuk menggantikan Presiden Joko Widodo yang masih sangat populer.
Kebangkitan Widodo dari daerah kumuh di tepi sungai hingga menjadi presiden di negaranya telah menunjukkan semangat demokrasi di negaranya di Asia Tenggara di wilayah yang penuh dengan rezim otoriter.
Dengan populasi 270 juta jiwa, pemungutan suara di negara kepulauan yang luas dengan 17.000 pulau yang tersebar di tiga zona waktu merupakan mimpi buruk logistik, dengan kotak suara putih dan surat suara dibawa dengan keledai dan berjalan kaki ke beberapa lokasi terpencil.
Selain kursi presiden, puluhan ribu kandidat akan bersaing untuk sekitar 20.000 posisi di parlemen nasional, provinsi, dan kabupaten. Sekitar 10.000 calon dari 18 partai politik hanya memberikan suara untuk 580 kursi di Parlemen Nasional.
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan dua mantan gubernur provinsi, Anees Baswedan dan Kanchar Pranovo, mencalonkan diri sebagai presiden.
Subianto, kandidat terdepan berdasarkan beberapa jajak pendapat independen, mencalonkan putra sulung Widodo, Gibran Rakabuming Raqqa, sebagai pasangan wakil presidennya.
Subianto adalah satu-satunya kandidat yang terkait dengan kediktatoran Suharto tahun 1967-98 ketika ia masih menjabat sebagai letnan jenderal. Ia pernah menjadi komandan pasukan khusus Kopasus dan diberhentikan dengan tidak hormat pada tahun 1998 setelah tentara Kopasus menculik dan menyiksa lawan politik ayah mertuanya, Soeharto.
Dari 22 aktivis yang diculik tahun itu, 13 orang hilang. Subianto tidak pernah diadili, meski banyak anak buahnya diadili dan dihukum.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa Subianto yang berusia 72 tahun lebih unggul dari dua pesaingnya. Meskipun ia adalah kandidat tertua, pasangannya adalah yang termuda: putra Widodo, Walikota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka, yang berusia 36 tahun.
Raqa berada di bawah usia minimum yang sah yaitu 40 tahun, tetapi diizinkan untuk mencalonkan diri berdasarkan pengecualian yang dibuat oleh Mahkamah Konstitusi. Pengadilan tersebut kemudian dipimpin oleh saudara ipar Widodo, yang menuai kritik atas apa yang dianggap menguntungkan presiden.
Subianto telah berjanji untuk melanjutkan rencana pembangunan ekonomi Widodo, yang oleh para ahli dilihat sebagai upaya untuk memanfaatkan popularitas Widodo. Namun ia ditentang keras oleh para aktivis hak asasi manusia yang mengaitkannya dengan penyiksaan dan penghilangan paksa pada tahun-tahun terakhir kediktatoran Suharto.
Baswedan, mantan rektor Universitas Islam, menjabat sebagai gubernur Jakarta hingga tahun lalu. Ketika Baswedan, mantan sarjana Fulbright, menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dari tahun 2014 hingga 2016, Widodo mencopotnya dari kabinet.
Baswedan menentang rencana Presiden Joko Widodo untuk memindahkan ibu kota Indonesia ke Nusantara di pulau Kalimantan, sekitar 2.000 kilometer (1.240 mil) dari Jakarta.
Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press bulan lalu, ia mengatakan demokrasi di Indonesia sedang melemah dan ia berjanji akan mengembalikannya ke jalur yang benar, mengutip pilihan Subianto yang memilih putra Widodo sebagai pasangannya.
Artinya ada penurunan kepercayaan, artinya demokrasi kita mengalami penurunan kualitas, dan banyak aturan hukum yang dilanggar, ujarnya.
Branovo adalah kandidat dari partai berkuasa, namun ia tidak mendapat dukungan dari Widodo. Ia pernah menjadi anggota Majelis Nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan selama 10 tahun sebelum terpilih dua periode sebagai Gubernur Jawa Tengah untuk pertama kalinya pada tahun 2013.
Saat menjadi gubernur, ia menolak mengizinkan Israel berpartisipasi dalam Piala Dunia U-20 FIFA di provinsinya. FIFA kemudian mencoret Indonesia sebagai tuan rumah pertandingan tersebut, yang memicu reaksi balik dari penggemar sepak bola terhadap Branovo.
Israel dan Indonesia yang mayoritas Muslim tidak memiliki hubungan diplomatik.