KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Komentar: Kembalinya mendiang Presiden Indonesia, Suharto, sangat tidak diinginkan
Top News

Komentar: Kembalinya mendiang Presiden Indonesia, Suharto, sangat tidak diinginkan

seruan Soeharto

Seruan Soeharto, meskipun ia berada dalam pemerintahan diktator, bukanlah hal baru. Pada pemilu tahun 2014, ketika jutaan orang bersiap untuk memilih langsung presiden ketiga mereka sejak transisi dari kediktatoran ke demokrasi dimulai, saya melakukan perjalanan ke kampung halamannya di Kemuzuk, Jawa Tengah.

Sulit untuk melewatkan rasa cinta yang masih dimiliki banyak orang terhadap pria yang mereka sebut sebagai “Bapak Bangsa”. Saat itu sedang dijual kaos bergambar wajahnya dengan slogan berbahasa Jawa yang berbunyi: “Bagus di jamanku ya?”

Keinginan untuk kembali ke stabilitas bukanlah hal yang aneh, namun mengkhawatirkan mengingat pentingnya Indonesia dalam dinamika kekuatan regional.

Ini adalah negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Tiongkok adalah mitra penting Amerika Serikat dalam ambisinya untuk mengekang kebangkitan Tiongkok, dan merupakan sekutu Muslim modern yang berharga. Pergerakan menuju otokrasi, betapapun kecilnya, harus dihindari dengan cara apa pun.

Masyarakat Indonesia memandang demokrasi muda mereka berbeda dari negara-negara Barat, yang secara tradisional memprioritaskan aspek-aspek seperti kebebasan pers dan check and balances dalam pemerintahan, ujar Deasy Simandjuntak, peneliti tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute yang berbasis di Singapura.

Mereka melihat apakah aktivitas dan tujuan kebijakan pemerintah telah tercapai. Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan Ekonomi Demokrasi dan Hak-Hak Sipil – Hal ini masuk akal mengingat ukuran dan skala negara ini.

Jaraknya sangat jauh: jarak antara London dan Bagdad dari barat ke timur, tiga zona waktu dan ratusan kelompok etnis dan bahasa yang berbeda. Bahkan di ibu kota Jakarta, salah satu daerah terkaya di negara ini, memenuhi kebutuhan dasar seperti menyediakan makanan seringkali sulit.

READ  Indonesia: Kemenangan hak atas udara bersih di Jakarta

Kesulitan-kesulitan tersebut memberikan salah satu penjelasan atas naiknya popularitas salah satu calon presiden dalam pemilu, Prabowo Subianto. Dia adalah mantan komandan Pasukan Khusus yang sangat berpengaruh pada masa orde baru dan diberhentikan dengan hormat setelah keruntuhannya karena dugaan pelanggaran hak asasi manusia. Ia pernah menjadi menantu Soeharto.

Prabowo menawarkan stabilitas ekonomi dan kesinambungan pemerintahan di bawah pemimpin saat ini Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi. Prabowo memimpin dalam jajak pendapat, meskipun tanda-tanda awal menunjukkan adanya kemungkinan pemilu putaran kedua.

Dua mantan gubernur yang mencalonkan diri sebagai lawannya – Anis Baswedan dari Jakarta dan Kanjar Pranovo dari Jawa Tengah – belum mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."