JAKARTA (ANTARA) – Indonesia harus mencapai swasembada di bidang pertahanan untuk membangun bangsa yang kuat dan tangguh, kata Laksamana Madya Harjo Susmoro, Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional.
“Bodoh sekali kalau kita berpikir bahwa kita akan menjadi bangsa yang kuat tanpa swasembada pertahanan,” kata Susmorrow di Jakarta, Selasa.
Dewan Ketahanan Nasional sebelumnya menyelenggarakan rapat pendahuluan untuk memfinalisasi draf Renstra. Selain bidang keamanan nasional, pertemuan juga membahas rekomendasi internasionalisasi isu Papua, perbaikan sistem pergudangan dan pengembangan talenta digital.
Susmoro mengatakan industri keamanan nasional belum cukup matang untuk dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012.
“Saat ini hasilnya jauh dari manfaat yang berarti, yang masih jauh dari harapan kita. Target pemerintah untuk mencapai swasembada pada tahun 2029 masih jauh,” tambah Sekjen.
BERITA TERKAIT: Presiden Jokowi Luncurkan Departemen Keamanan Negara yang menaungi Defend ID
Berdasarkan pengamatan dan diskusi di bidang pertahanan negara, Susmoro menyoroti bahwa swasembada sektor pertahanan Indonesia masih berada di level dasar, meskipun berhasil mencatatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi.
“Kami melihat TKDN sudah melewati batas 40 persen, meski (tingkat) swasembadanya jauh dari harapan kami,” katanya.
Sebelum mencapai swasembada di bidang lain, Indonesia harus mandiri di bidang pertahanan yang vital bagi ketahanan nasional, tegasnya.
“Kita tidak bisa mencapai swasembada, butuh proses bertahap. Ketika kita sudah tenang, saatnya untuk meningkatkan swasembada kita karena kita masih punya waktu,” kata Susmorrow.
Ia juga berharap Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) dapat meningkatkan efektivitasnya dalam mengembangkan sektor pertahanan Indonesia.
“Kami akan coba benchmark (industri kami) dengan negara-negara yang berhasil mengembangkan swasembada (industri pertahanan), seperti Turki dan Uni Emirat Arab,” tambahnya.
Berita Terkait: Dukung Industri Pertahanan Nasional, Pertahanan: Legislator ke Pemerintah
Berita terkait: Indonesia, UEA sepakat kembangkan industri pertahanan
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”