KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Top News

Makanan untuk dipikirkan sebagai umat Katolik Indonesia melayani Muslim selama Ramadhan

Meski Kovit-19 masih berkecamuk di seluruh dunia, sekelompok wanita Katolik di Indonesia menolak membiarkan epidemi itu menggagalkan upaya rekonsiliasi sementara.

Anggota Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) di Paroki St. Youssef di Jember, Jawa Timur, telah memberikan makanan gratis kepada umat Islam yang miskin menjelang bulan suci Ramadhan selama hampir dua dekade. .

“Meskipun wabah Pemerintah-19 telah melanda wilayah kami, kami mengadakan acara Warung Qasih tahun ini untuk membantu teman-teman Muslim kami,” Valentina Indardi, 68, ketua WKRI di kabupaten Jember, mengatakan kepada UCA News.

Berlangganan buletin gratis harian Anda dari UCA News

Terima kasih. Anda sekarang berlangganan Buletin Harian

WKRI adalah organisasi kemasyarakatan independen yang berkomitmen untuk berkarya bagi kemaslahatan rakyat dan hak asasi manusia.

Didirikan pada bulan Juni 1924, memiliki kurang lebih 90.000 anggota di seluruh Indonesia, termasuk cabangnya di Jember, bagian dari Keuskupan Malang.

Anggotanya memulai acara Warrook Qasih di Jumper pada tahun 2003 untuk melayani umat Islam yang terpinggirkan dan miskin seperti pedagang kaki lima, tukang becak, tukang kebun, pengemis dan tuna wisma agar bisa berbuka puasa.

Muslim tidak pernah protes karena tujuan kami adalah kemanusiaan

Setiap minggu selama bulan suci Muslim, dari Senin hingga Kamis, mereka menyajikan lebih dari 200 kotak makanan setiap hari di sebuah klinik yang dikelola oleh Gereja Sisters of Missouri di sebelah Gereja St. Joseph.

Mereka memulai acara Warung Qasih karena mereka melihat umat Islam yang malang tidak dapat membatalkan puasa Ramadhan mereka.

Saat dibuka, masyarakat diundang dari komunitas Hindu, Budha, Muslim dan Protestan, serta polisi dan pejabat pemerintah setempat untuk mencegah kecurigaan di kalangan komunitas Muslim.

READ  APSF Puji Persiapan Indonesia untuk ASEAN Para Games | Dunia

“Umat Islam tidak pernah protes karena tujuan kami adalah kemanusiaan,” kata Indardi

Kelompok tersebut awalnya melayani umat Islam yang tinggal di sekitar gereja, tetapi selama epidemi mereka pergi lebih jauh ke luar negeri untuk membawa makanan ke rumah-rumah umat Islam ketika mereka mengikuti peraturan kebersihan.

Per 9 Mei, Indonesia memiliki 1.713.684 kasus Pemerintah-19 dengan 47.012 kematian, sedangkan Jawa Timur memiliki 149.901 kasus dan 10.877 kematian.

“Karena situasi epidemi, kami memasak nasi, sayur-mayur, dan daging di rumah masing-masing,” kata Indardi, seraya menambahkan bahwa umat Katolik dari gereja membantu mendistribusikan makanan.

“Tujuan utamanya untuk membina persaudaraan dan toleransi dengan teman-teman Muslim,” ujarnya seraya menambahkan bahwa gereja mendukung kegiatan mereka, termasuk para pastor dan keuskupan Malang.

“Saya berharap kebaktian ini bisa dilanjutkan dan diikuti oleh perempuan Katolik di gereja lain.”

Muslim di seluruh dunia berpantang dari semua makanan dan minuman selama bulan suci Ramadhan dari fajar hingga senja.

Puasa selama bulan kesembilan dalam kalender Islam, Ramadhan, adalah wajib bagi umat Islam dari segala usia kecuali orang tua, orang sakit, atau mereka yang bepergian. Pengecualian juga tersedia untuk ibu hamil dan menyusui serta wanita pascamenopause.

Seorang Muslim yang berpuasa hendaknya tidak hanya menjauhkan diri dari makanan, minuman dan hubungan seksual dari fajar hingga senja, tetapi juga mempraktikkan kesabaran, tidak mementingkan diri sendiri, pantang dari segala kejahatan termasuk berbohong, memfitnah, menipu, percakapan yang buruk, depresi dan keserakahan.

Acara tersebut menunjukkan kehadiran Gereja di tengah masyarakat dengan berbagi makanan dengan umat Islam dalam kepedulian, kasih sayang, toleransi dan persaudaraan.

Setelah puasa Ramadhan, mereka merayakan kemenangan di festival Idul Fitri, yang berbuka puasa. Tahun ini jatuh pada 12-13 Mei.

READ  Indosat, GSMA untuk mendongkrak ketahanan ekonomi Indonesia

Supriano, 56, seorang tukang becak Muslim, berterima kasih kepada wanita Katolik atas kemurahan hati mereka. “Saya bisa membawa makanan untuk anggota keluarga saya,” katanya.

Pastor Joseph Woods dari Karmelit, ketua Paroki St. Yusuf, mendukung pelayanan untuk membina persaudaraan dan toleransi dengan Muslim.

“Acara ini menunjukkan bahwa gereja berada dalam komunitas dengan berbagi makanan dengan perhatian, kasih sayang, toleransi dan persaudaraan dengan umat Islam meskipun kami berbeda,” kata Pastor Woods kepada UCA News.

Pendeta tersebut mengatakan acara tersebut menunjukkan rasa hormat kepada umat Katolik dan menunjukkan bahwa Gereja memiliki belas kasihan bagi Muslim yang miskin.

Eustina Rostiawati, ketua WKRI Nasional, mengatakan acara tersebut menciptakan keberagaman dengan berbagi makanan gratis dengan teman-teman Muslim.

“WKRI berfokus pada keluarga yang terkena dampak epidemi Pemerintah-19, terutama wanita dan anak-anak,” kata Rostiavati kepada UCA News.

Ia mengatakan, ini merupakan salah satu program WKRI Nasional untuk mempromosikan toleransi terhadap agama, suku, dan ras lain.

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."