Mengapa Larangan Ekspor Minyak Sawit Indonesia Tidak Mendinginkan Harga Minyak Goreng, Berita Ritel, ET Ritel
Terlepas dari kebijakan ketat yang telah mengganggu pasar minyak nabati dan menyebabkan hilangnya pendapatan ratusan juta dolar, harga minyak goreng, bahan pokok bagi keluarga Indonesia, belum turun, mencapai titik yang disetujui oleh Presiden Joko Widodo.
Bagaimana upaya pemerintah Indonesia untuk mengendalikan harga minyak goreng?
Sejak November, pihak berwenang telah meluncurkan serangkaian langkah kebijakan yang membingungkan, termasuk subsidi, izin ekspor, pajak minyak sawit, serta larangan ekspor. Namun, minyak sawit itu gagal mencapai biaya kebutuhan rumah tangga yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di negara berpenduduk terbesar keempat di dunia itu sesuai dengan target pemerintah.
Apa yang terjadi dengan harga minyak goreng?
Pejabat Indonesia telah berjanji untuk mencabut larangan ekspor setelah harga minyak goreng curah kembali ke 14.000 rupiah ($ 0,9560) per liter di seluruh negeri. Harga minyak goreng telah turun dari level tertingginya, tetapi data Departemen Perdagangan pada Jumat menunjukkan bahwa minyak goreng rata-rata 17.300 rupee per liter, turun dari rata-rata 18.000 rupee pada April, tetapi naik dari 13.300 rupee pada Juli.
Menteri Indonesia salahkan ‘mafia sawit’
Pada 18 Maret, Menteri Perdagangan Mohamed Lotfi menyalahkan “mafia kelapa sawit” karena mengeksploitasi situasi. Jaksa penuntut umum telah memicu kebekuan di salah satu sektor ekspor utama Indonesia, membuka penyelidikan korupsi dalam izin ekspor minyak sawit, dan menangkap seorang pejabat senior kementerian perdagangan dan tiga eksekutif minyak sawit.
Apa yang menghambat pendistribusian minyak goreng?
Upaya pemerintah untuk menurunkan harga antara lain membujuk Badan Pengadaan Pangan Negara, Polog, untuk mendistribusikan lebih banyak minyak goreng. Namun pekan lalu, Bolog mengatakan belum ada kerangka regulasi yang berarti skema penyaluran minyak goreng bersubsidi dengan harga Rp 14.000 belum dimulai.
Bolog mengatakan peraturan itu diperlukan untuk menghindari kesalahan implementasi dan untuk memastikan kejelasan tentang bagaimana biaya akan ditanggung.
Red tape dipandang sebagai faktor lain yang merugikan kebijakan
Tours Manurong, presiden kelompok petani kecil APKASINDO, menyalahkan birokrasi pemerintah yang kompleks karena mengganggu upaya subsidi minyak sawit.
Pemerintah menyisihkan subsidi untuk membayar produsen untuk setiap kesenjangan antara biaya produksi dan harga jual.
Tetapi untuk penyulingan kelapa sawit yang harus dibayar oleh BPDPKS Badan Dana Kelapa Sawit Indonesia, daftar distributor dan pengecer yang sangat rinci harus diberikan, tunduk pada pengawasan negara dan dengan kesalahan yang berpotensi dihukum penjara.
“Pabrik-pabrik memiliki minyak goreng, tetapi mereka tidak menjualnya kepada konsumen,” kata Golat, yang percaya bahwa sistem tersebut harus disederhanakan.
Bagaimana pihak berwenang mengatakan bahwa mereka mencoba untuk meningkatkan distribusi?
Kementerian Perdagangan mengumumkan, Selasa, sebuah program yang bertujuan memastikan minyak goreng murah menjangkau keluarga berpenghasilan rendah di ribuan lokasi. Pernyataan itu mengatakan pengecer akan dapat menjual minyak goreng dalam jumlah besar dengan harga 14.000 rupee per liter kepada mereka yang memasoknya dengan kartu identitas.
Disinggung soal distribusi, pejabat Kementerian Perindustrian Meriganteng Pongwan Bentaria mengatakan banyak komponen namun kendala logistik dan transportasi menjadi kendala utama.
Apa yang akan menjadi pertandingan final?
Jokowi, sapaan akrab presiden, mengatakan kebutuhan pangan yang terjangkau melebihi pendapatan dan larangan ekspor baru akan dicabut setelah kebutuhan dalam negeri terpenuhi. Pedagang minyak sawit berspekulasi bahwa larangan itu setidaknya bisa segera dicabut sebagian, terutama karena tangki penyimpanan penuh.
Politik kemungkinan akan memainkan peran utama dalam pengaturan waktu. Sebuah jajak pendapat oleh lembaga survei Indikator Politik Indonesia minggu ini menunjukkan peringkat persetujuan presiden telah rendah selama enam tahun, sebagian besar terkait dengan kenaikan biaya minyak goreng dan efek inflasi.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”