Pakar Indonesia membahas negaranya sebagai ‘kekuatan menengah’ dan pemimpin global yang sedang berkembang
Zubair Qureshi
Munculnya Indonesia sebagai ‘kekuatan sentral’ di kawasan Indo-Pasifik merupakan contoh baik diplomasi proaktif yang ditandai dengan upaya berkelanjutan untuk mendorong kerja sama, menjaga perdamaian, dan memajukan keberagaman dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
Direktur Pusat Strategi Kebijakan Luar Negeri Kawasan AS dan Eropa, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Jakarta, Spika Atutuhtuneva, berbagi pandangannya tentang “kebangkitan Indonesia sebagai kekuatan sentral dan kepemimpinan globalnya”.
Hal tersebut disampaikannya pada sesi ke-11 Online Internship Program (OIP), yang merupakan inisiatif bersama KBRI dan Universitas Bahria, Islamabad.
Dalam sesi tersebut, peserta memperoleh pengetahuan tentang strategi kebijakan luar negeri Indonesia sebagai kekuatan menengah yang didorong oleh ketersediaan sumber daya dan lingkungan strategis, bertindak sebagai jembatan dan membangun aliansi di luar diplomasi regional untuk memperkuat multilateralisme.
“Kita hidup di dunia yang lebih sering berubah dibandingkan sebelumnya dan memerlukan analisis dan penilaian yang konstan. Faktor-faktor yang mempengaruhi situasi tidak dapat diprediksi dan diprioritaskan secara pasti, informasi sulit untuk ditafsirkan secara jelas dan pengalaman masa lalu tidak relevan untuk menafsirkan peristiwa baru,” ujarnya. berbagi wawasannya mengenai tantangan global saat ini. .
Pembicara menyoroti tantangan yang dihadapi kawasan Asia Tenggara (SEA) termasuk pengangguran, resesi ekonomi, perubahan iklim, kejadian cuaca yang sering terjadi, kesenjangan sosial-ekonomi, kesenjangan pendapatan dan ketegangan militer. Ia juga menyoroti semakin kompleksnya kawasan Indo-Pasifik, dengan titik-titik konflik seperti Selat Taiwan, Laut Cina Selatan, dan Semenanjung Korea.
Berbicara tentang diplomasi dan kepemimpinan Indonesia, beliau mengatakan bahwa Indonesia adalah jembatan kekuatan menengah dan kontributor utama perdamaian dan stabilitas. Geografi, bonus demografi, demokrasi dan kemampuan ekonomi adalah aset strategisnya dan negara ini telah menggunakan kepercayaan strategis ini secara strategis dengan menghormati hukum dan prinsip multilateral dan internasional. Ia menginformasikan bahwa Indonesia akan menjadi ketua ASEAN dan MIKTA pada tahun 2023 dan presiden G-20 pada tahun 2022.
Indikator-indikator baru yang mengukur pola keterlibatan diplomatik menunjukkan bahwa 270 juta orang di kawasan ini merupakan salah satu pemain yang paling aktif secara diplomatis di kawasan ini, katanya.
“Kebijakan yang independen dan aktif belum tentu netral, karena tidak ada negara yang bisa hidup terisolasi. Saat memaparkan politik luar negeri Indonesia, pembicara menyampaikan diplomasi ekonomi Indonesia, keamanan Indonesia di luar negeri, kedaulatan, kontribusi dan kepemimpinan regional dan global, serta penguatan infrastruktur diplomasi, dll. Dia menekankan bahwa (4+1) memiliki prioritas.
“Posisi geostrategis Indonesia dan jaringan diplomatik yang luas dengan negara-negara tetangga dan kekuatan ekstra-regional menjadikan Indonesia sebagai kontributor utama dalam menghadapi tantangan permasalahan global,” ujar pembicara. Menurut Lowy Institute Power Index 2023, Indonesia merupakan satu dari enam negara Asia yang mengalami peningkatan indeks pengaruh secara keseluruhan dalam politik internasional. Kredensial yang kuat ini menjadikan Indonesia sebagai pemain global penting yang memiliki pengaruh signifikan di forum internasional.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”