TEMPO.CODan Jakarta – Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan aparat Polres Malang berkumpul secara massal sambil berlutut dalam posisi sujud sebagai isyarat permintaan maaf. Ini terjadi setelah bencana sepak bola mematikan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan kabupaten, yang merenggut lebih dari 130 nyawa dan melukai ratusan lainnya.
Tindakan simbolis permintaan maaf oleh polisi ini telah mengumpulkan analisis dari psikolog forensik Reza Indragiri yang berpendapat bahwa permintaan maaf polisi sangat penting untuk menyembuhkan luka mental yang disebabkan oleh kecelakaan fatal.
“Itu mengingatkan saya pada sikap simpati yang ditunjukkan oleh polisi setelah kematian George Floyd di tangan seorang petugas polisi. Penyesalan dan permintaan maaf semacam ini sangat penting,” kata Raza dalam keterangan tertulis, Senin, 10 Oktober.
Dia mengatakan, apa yang ditunjukkan polisi dengan membungkuk di tanah akan membantu meyakinkan masyarakat bahwa kepolisian serius dalam menyembuhkan cedera mental akibat kecelakaan itu, yang banyak berkomentar tentang penggunaan gas air mata sebagai sarana untuk berkerumun. kontrol.
Namun, dia menekankan bahwa permintaan maaf publik yang dramatis tidak akan berguna bagi siapa pun jika tidak diikuti dengan langkah nyata untuk memastikan akuntabilitas.
“Seperti ungkapan ‘reformasi kepolisian’ yang telah didengungkan selama beberapa dekade, dan bergema lagi dalam beberapa hari terakhir, tetapi bagaimana reformasi itu akan dilaksanakan? Saya tidak tahu,” katanya.
Hamdan Sholi El Din Ismail
klik disini Untuk mendapatkan update berita terbaru dari Tempo di Google News
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”