Pendaki gunung Indonesia Desak Med Rita Kusuma Dewi memeriksa tali pengamannya, alisnya berkeringat dan napasnya terengah-engah. Dia meraih tali pengaman dan mengayunkan tubuhnya ke atas untuk memanjat dinding hanya dalam hitungan detik.
Pemain berusia 23 tahun ini sedang bersiap untuk berpartisipasi dalam Olimpiade di Paris bulan depan, di mana ia berharap dapat menambah perolehan medali emas Indonesia yang sedikit – negara ini hanya pernah memenangkan delapan medali, semuanya di cabang bulu tangkis, menurut AFP .
Namun dalam beberapa tahun terakhir, kepulauan Asia Tenggara telah mendapatkan pengakuan sebagai kekuatan yang tidak terduga dalam pendakian cepat, memecahkan rekor, dan meraih banyak medali di ajang internasional besar.
Panjat tebing – yang menggabungkan tiga cabang olahraga – untuk pertama kalinya diikutsertakan di Olimpiade Tokyo 2021. Paris 2024 akan menyaksikan panjat tebing menjadi acara tersendiri untuk pertama kalinya.
Para peserta bersaing untuk mendaki jalur vertikal standar 15 m (50 kaki), dan siapa pun yang mencapai puncak dalam waktu tercepat, biasanya hanya beberapa detik, adalah pemenangnya.
“Menjelang acara tersebut, saya tidak ingin memikirkan hal lain,” Desak, salah satu dari dua speed climbing Indonesia yang sejauh ini lolos ke Paris, mengatakan kepada AFP usai sesi latihan di fasilitas tim nasional di luar ibu kota, Jakarta. .
“Saya hanya fokus pada Olimpiade.”
Pendaki Indonesia unggul dalam pendakian cepat karena postur tubuh mereka yang ramping memberi mereka kecepatan dan ketangkasan. Dedikasi dan kerjasama tim menjadi alasan di balik kesuksesan ini.
“Jika kami terus mengeluh tentang kurangnya tinggi badan, kami tidak akan pernah bisa berkompetisi,” kata pelatih panjat tebing nasional Hendra Basir kepada AFP.
“Jadi kami fokus pada keuntungan kami sebagai bangsa kecil. Tuhan memberi kami mobilitas dan fleksibilitas.”
Proses panjang
Disak telah menekuni pendakian sejak kecil, dan kini berpeluang mewujudkan impian Olimpiadenya setelah meraih medali emas lari cepat putri di Kejuaraan Dunia di Swiss tahun lalu.
Rahmad Adi Mulyono yang berusia 23 tahun akan bergabung dengan Disak dalam perebutan medali emas di ibu kota Prancis, setelah memenangkan kualifikasi melawan pemain Indonesia lainnya untuk melaju.
Dia mengatakan kepada AFP, “Awalnya saya merasa berat, tentu saja, tetapi seiring berjalannya waktu saya menjadi yakin bahwa saya tidak kehilangan apa pun.”
Mereka berdua memutuskan untuk fokus pada pendakian cepat daripada panjat tebing dan panjat tebing, dua disiplin ilmu lainnya yang ditampilkan dalam pendakian gunung di Tokyo.
“Saya optimis. Yang perlu saya lakukan pertama adalah mengembangkan diri, fokus dan mempersingkat waktu (untuk mencapai puncak) setiap kali berlatih,” kata Rahmad.
Hendra mengatakan, para atlet tersebut menghabiskan waktu bertahun-tahun berlatih untuk memastikan Indonesia yang umumnya belum unggul di olahraga dunia, berpeluang meraih medali emas Olimpiade.
“Kami telah melalui proses yang sangat panjang sejak tahun 2019, mulai dari lolos ke Olimpiade Tokyo, belum lagi jeda (karena pandemi),” kata sang pelatih.
“Sepotong harapan”
Meskipun olahraga panjat tebing masih tertinggal dibandingkan sepak bola dan bulu tangkis dalam hal minat olahraga di dalam negeri, popularitasnya semakin meningkat.
Namun industri olah raga setempat masih belum cukup berkembang dalam bidang panjat tebing dan disiplin panjat tebing lainnya, sehingga seringkali membuat para atlet mempunyai tembok yang lebih besar untuk melakukan panjat tebing.
Insya Allah ada secercah harapan tim Indonesia bisa bersaing memperebutkan medali emas di Olimpiade, namun kenyataannya proses untuk mencapai titik ini luar biasa sulitnya, kata Hendra.
Namun, ada optimisme bahwa janji kecepatan akan terwujud di tembok kota Paris.
Mantan pemegang rekor dunia Federic Leonardo masih bisa lolos ke Olimpiade jika ia bisa finis dengan baik di turnamen di Hongaria akhir bulan ini.
Tentu kita berharap panjat cepat sebagai salah satu cabang olahraga baru yang masuk dalam Olimpiade, mampu meraih prestasi yang mengejutkan, kata Raja Sapta Oktohari, Presiden Komite Olimpiade Nasional Indonesia, kepada AFP.
“Kita punya juara dunia di cabang olahraga ini. Saya berharap atlet Indonesia bisa meraih prestasi dan sejarah baru di Olimpiade Paris 2024,” imbuhnya merujuk pada Disak.
Namun persaingannya akan ketat. Samuel Watson dari Amerika memecahkan rekor dunia Frederick 4,90 detik dua kali pada bulan April, sekarang menjadi 4,798 detik.
Terlepas dari tekanan dan beratnya ekspektasi, Disak siap memberikan segalanya.
Saya berharap mimpi saya mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia di Olimpiade bisa terwujud, ujarnya.
“Impian saya adalah memenangkan medali emas.”
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”