Oleh Uday Kurniawan
JAKARTA (Reuters) – Di sebuah bengkel yang terletak di sebuah pemakaman di Jakarta, pembuat peti mati Olaskar Purba dan timnya bekerja keras.
Mereka menyatukan kotak kayu lapis dan mengecatnya menjadi cokelat. Peti mati kemudian dilengkapi dengan liner dan ditutup dengan plastik sebelum diangkut untuk digunakan.
“Sebelum kasus (virus corona) melonjak, biasanya kami hanya membuat hingga 10 peti mati dalam satu hari,” kata pria berusia 62 tahun itu, terlihat kelelahan. Tapi sekarang mencapai 30 pesanan sehari, yang merupakan bisnis dua kali lipat.
Indonesia sedang berjuang melawan salah satu wabah virus corona terburuk di Asia, yang dipicu oleh penyebaran cepat varian delta yang sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di India.
Pada hari Senin, pihak berwenang melaporkan 558 kematian baru, hari kedua rekor kematian, dan 29.745 infeksi baru, hari kesepuluh dari rekor kasus tertinggi dalam 15 hari terakhir.
Pembatasan pergerakan yang ketat diberlakukan di pulau Jawa dan Bali, daerah yang terkena dampak terburuk, dan pemerintah pada hari Senin memperkenalkan langkah-langkah baru dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 di 20 provinsi lain pada hari Selasa.
Kementerian kesehatan mengatakan tingkat hunian tempat tidur rumah sakit mencapai 75% secara nasional pada 2 Juli, tetapi beberapa rumah sakit di pulau Jawa terpadat melaporkan lebih dari 90%, termasuk ibu kota Jakarta.
“Bahan yang kami gunakan semakin sulit ditemukan, karena harga kayu lapis juga naik,” kata Olaskar, menjelaskan bahwa dia dibanjiri permintaan peti mati yang tak ada habisnya.
“Kami sangat prihatin karena kami tahu banyak orang telah meninggal,” tambah Olaskar. “Kepada semua orang di luar sana, tolong patuhi aturan pemerintah, kenakan masker Anda sendiri dan patuhi jarak sosial.”
(Laporan Adi Kurniawan; Penulisan Karishma Singh; Penyuntingan oleh Ed Davies)
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”