Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) mengumumkan potensi minat investasi dari BHP penambang Australia di sektor nikel Indonesia sebagai antisipasi peraturan baru di bawah manajemen Prabowo Subianto-Kibran Rakabuming Raka.
Meidy Katrin Lengkey, Sekretaris Jenderal APNI, mengatakan diskusi telah dilakukan meski belum ada konfirmasi resmi.
Kami berharap perusahaan di luar China juga mempertimbangkan untuk berinvestasi di Indonesia, kata Meidi saat wawancara di Jakarta, Senin, 29 Juli 2024.
Potensi BHP untuk memasuki pasar Indonesia kemungkinan besar akan mulai berlaku pada awal tahun depan, tergantung pada lingkungan politik dan peraturan yang akan datang.
APNI kini menunggu keputusan kebijakan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, terutama yang dapat merangsang minat investor.
Minat investasi BHP didorong oleh kebutuhan perseroan akan bahan baku produksi turunan nikel matte.
“Intinya, setiap investasi memerlukan mitra di hulu terlebih dahulu,” kata Meidi.
Kehadiran banyak smelter nikel di Indonesia semakin meningkatkan daya tariknya bagi calon investor seperti BHP.
Indonesia, produsen nikel terbesar di dunia, baru-baru ini mengimpor 380.000 ton bijih nikel dari Filipina per Juli 2024.
Impor ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pasokan dalam negeri karena penambang lokal mengalami keterlambatan dalam memperoleh izin produksi.
Meidi menegaskan, tidak ada aturan yang melarang perusahaan mengimpor nikel jika diolah di Indonesia.
Situasi serupa juga diamini oleh PT Kalimantan Ferro Industry yang terus mengimpor bijih nikel dari Filipina untuk operasional peleburan di Kalimantan Timur. Perwakilan perusahaan, Arti Somarko, mencatat adanya keterlambatan pengurusan izin pasokan lokal untuk impor nikel.
Ketika industri ini menunggu kebijakan baru dari pemerintah, potensi masuknya BHP ke dalam sektor nikel di Indonesia dapat memberikan dorongan yang signifikan terhadap industri pertambangan di negara ini, sehingga mendiversifikasi sumber investasi di luar dominasi Tiongkok.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”