PM Indonesia Jokowi menyerukan peninjauan langkah-langkah virus ‘segera’ di tengah lonjakan Covid-19
JAKARTA, 4 Feb (Jakarta Post / JST): Presiden Joko “Jokowi” Widodo telah memerintahkan evaluasi segera tentang bagaimana kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) telah diterapkan di seluruh negeri di tengah lonjakan infeksi saat ini yang sebagian besar didorong oleh penyakit menular yang sangat menular. Strain Omikron.
Presiden mengatakan telah menginstruksikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk memimpin evaluasi.
Luhut juga mengawal tanggap pandemi Indonesia untuk Jawa dan Bali, sedangkan Airlangga mengawal respons pandemi untuk seluruh wilayah lainnya.
“Saya mengimbau kepada para gubernur, bupati, dan pemerintah daerah, dengan bantuan TNI dan Polri, untuk memastikan bahwa protokol kesehatan dipatuhi oleh masyarakat, dan untuk terus mempercepat vaksinasi,” kata Presiden di Medan, Sumatera Utara.
Jokowi juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang di tengah maraknya kasus harian yang terus meningkat.
“Jaga kedisiplinan, ikuti protokol kesehatan dan kurangi aktivitas yang tidak perlu. [People] yang belum divaksinasi harus segera mendapatkannya. Yang sudah dan berhak mendapatkan booster harus segera mendapatkan booster tersebut,” imbuhnya.
Indonesia mencatat 27.197 kasus baru pada Kamis, melonjak signifikan dari 17.895 kasus baru pada Rabu.
Menurut catatan resmi, jumlah kasus harian baru melonjak dari 3.000 pada 1 Januari. 24 menjadi lebih dari 16.000 pada hari Selasa, peningkatan terbesar dalam lebih dari lima bulan.
Tjandra Yoga Aditama, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, mengatakan evaluasi kebijakan restriktif sangat penting untuk mitigasi pandemi. “Seruan Presiden untuk evaluasi PPKM dan pembelajaran tatap muka [policy] merupakan dua kunci yang sangat penting untuk mitigasi Covid-19 dalam beberapa hari mendatang,” ujarnya.
Tjandra mengatakan bahwa PPKM darurat telah diterapkan Juli lalu, ketika negara itu melihat peningkatan lebih dari 27.000 kasus baru selama gelombang kedua yang digerakkan Delta.
Tjandra juga mengutip proyeksi dari Institute for Health Metrics and Evaluation, di University of Washington di Seattle, bahwa Omicron akan memicu peningkatan kasus harian di Indonesia menjadi lebih dari 387.000 pada April.
“Ini [figure] setidaknya dapat dipertimbangkan untuk kewaspadaan dan antisipasi mitigasi [measures], “Dia berkata.
Kementerian Dalam Negeri telah memberlakukan tingkat pembatasan antara 1 dan 3 dari PPKM empat tingkat di seluruh negeri mulai 2 Februari. 1 sd 14. Jabodetabek yang masih menjadi episentrum wabah Covid-19 Indonesia, pekan ini tetap berada di level PPKM 2, demikian juga mayoritas kabupaten dan kota lain di Jawa dan Bali.
Pemerintah DKI Jakarta telah meminta izin dari pemerintah pusat untuk menaikkan tingkat PPKM menjadi 3.
“Kami sudah mengusulkan kenaikan itu,” kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Rabu, seperti dikutip Antara, seraya menambahkan bahwa situasi saat ini dianggap “mengkhawatirkan” oleh Pemprov DKI.
Sebelumnya, pemerintah pusat menolak permintaan daerah untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat, menunjuk pada gejala Omicron yang relatif lebih ringan, tingkat rawat inap yang lebih rendah, dan kemajuan dalam upaya vaksinasi nasional.
Pemerintah juga mengurangi masa karantina untuk kedatangan internasional.
Ia juga berencana untuk menggunakan kembali fasilitas karantina sebagai pusat isolasi untuk meringankan beban rumah sakit karena pihak berwenang mengubah indikator penilaian Covid-19 di tengah gelombang ketiga penularan.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa varian Omicron lebih menular daripada pendahulunya, tetapi juga tampaknya kurang ganas.
Hanya segelintir kasus Omicron di negara itu yang menunjukkan gejala penyakit parah.
Meskipun Omicron dianggap “kurang parah, rata-rata”, direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus juga mengatakan kepada wartawan pada 1 Januari. 18 di Jenewa bahwa “narasi bahwa itu adalah penyakit ringan menyesatkan, merusak respons keseluruhan dan menelan lebih banyak nyawa”.
“Jangan salah, Omicron menyebabkan rawat inap dan kematian, dan bahkan kasus yang tidak parah membanjiri fasilitas kesehatan,” kepala WHO memperingatkan. – The Jakarta Post / ANN
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”