Anggota parlemen di Indonesia mundur dari rencana untuk menyetujui undang-undang pemilu yang tidak populer setelah polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan ribuan pengunjuk rasa yang marah di luar gedung parlemen Indonesia.
Jika disetujui, usulan amandemen tersebut dapat meningkatkan pengaruh politik Presiden Joko Widodo.
Keputusan tersebut dikonfirmasi dalam sidang pleno hari Kamis namun dibatalkan setelah badan legislatif gagal mencapai kuorum karena besarnya protes, demikian yang dilaporkan Associated Press.
Wakil Ketua Supmi Tasco Ahmed mengatakan, amandemen undang-undang pilkada dikatakan tidak bisa dilaksanakan hari ini.
Para pengunjuk rasa yang menganggapnya sebagai pelanggaran prinsip demokrasi berusaha mendobrak penghalang keamanan dan memasuki gedung parlemen.
Mereka melempari petugas polisi dengan batu, memblokir jalan, membakar ban, dan membentangkan spanduk yang mengecam usulan perubahan tersebut.
Kerusuhan meletus pada awal minggu ini setelah Mahkamah Konstitusi Indonesia menguatkan pembatasan usia yang melarang mereka yang berusia di bawah 30 tahun untuk mencalonkan diri sebagai gubernur daerah – sebuah keputusan yang akan mencegah putra bungsu Widodo, Kesang Bangarep, 29, untuk mencalonkan diri di Jawa Tengah.
Pengadilan juga melonggarkan proses pencalonan, yang selama ini menjadi hambatan besar bagi masuknya partai politik.
Sebagai tanggapan, Parlemen dengan cepat mengeluarkan mosi darurat untuk menaikkan usia minimum jabatan gubernur menjadi 30 tahun dan semakin melonggarkan kriteria pencalonan.
Upaya anggota parlemen untuk menyetujui perubahan tersebut pada hari Kamis memicu kritik luas secara online.
Widodo, juga dikenal sebagai Jokowi, saat ini menjalani masa jabatan kedua dan terakhirnya dan akan mengundurkan diri pada bulan Oktober.
Namun silsilah politiknya sedang dalam pengawasan.
Kakak ipar Widodo yang saat itu menjabat sebagai Ketua Hakim Anwar Usman diperkirakan akan mengambil alih jabatan wakil presiden Raqqa setelah keputusan pengadilan terkenalnya mengecualikan mantan pemimpin daerah dari batasan usia untuk menjadi wakil presiden. .
Usman kemudian dipecat di tengah kritik atas kemungkinan konflik kepentingan.
Protes di Jakarta juga bergema di kota-kota besar lainnya, antara lain Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.
Di Yogyakarta, lebih dari seribu demonstran berkumpul di gedung DPRD dan lokasi-lokasi penting lainnya, menuntut pembatalan rancangan undang-undang pemilu, pengukuhan putusan pengadilan, dan penolakan terhadap dinasti politik.
Yos Kenavas, seorang analis politik di Universitas Katolik Atma Jaya, mengatakan protes terkoordinasi di seluruh negeri mencerminkan ketidakpuasan yang meluas terhadap tindakan legislatif dan penolakan terhadap politik dinasti yang terkait dengan Presiden Widodo.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”