Telkom Indonesia mengumumkan pada hari Kamis bahwa mereka telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan perusahaan keamanan siber F5 untuk berkolaborasi dalam layanan keamanan siber dan memperkuat kemampuan keamanan Telkom sendiri.
Berdasarkan perjanjian kerja sama strategis yang ditandatangani pada hari Senin, Telkom Indonesia dan F5 akan bekerja sama untuk menyediakan layanan keamanan siber yang komprehensif kepada perusahaan-perusahaan di Indonesia melalui divisi B2B Digital IT Services Telkom.
Budi Chetyawan Wijaya, Direktur Portofolio Strategis Telkom, mengatakan kemitraan ini bertujuan untuk “memperkuat kemampuan seleksi utama Telkom Group di Indonesia, khususnya di bidang keamanan siber” dan penawaran digital lainnya.
Adam Judd, Senior VP APCJ di F5, mengatakan pengalaman perusahaan dalam keamanan aplikasi dan API serta manajemen multicloud akan membantu memperkuat portofolio layanan TI Telkom Group.
“Dengan kemampuan F5 yang berbasis AI, kemitraan strategis kami dengan Telkom tidak hanya menjawab tantangan keamanan siber saat ini dan masa depan, namun juga membuka jalan menuju model bisnis dan aliran pendapatan baru,” ujarnya.
Meskipun serangan siber secara umum sedang meningkat di seluruh dunia, Indonesia mengalami peningkatan tajam dalam serangan tersebut selama setahun terakhir seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan transisi ke ekonomi digital. Analisis terbaru yang dilakukan oleh Check Point menemukan bahwa Indonesia adalah target serangan siber paling populer di Asia Tenggara pada paruh pertama tahun 2023, dengan rata-rata 3.300 serangan siber setiap minggunya.
Negara ini juga telah mengalami beberapa kebocoran data tingkat tinggi. Pada bulan Januari tahun ini, kelompok peretas mengaku telah mencuri data sensitif di perusahaan kereta api milik negara Kereta Abi Indonesia (KAI). Pada bulan November 2023, seorang peretas membocorkan catatan data pemilih yang diduga dicuri dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), menjelang pemilihan umum pada bulan Februari 2024. Pada Juli 2023, seorang peretas mengungkap data lebih dari 34 juta pemegang paspor Indonesia.
“Dengan semakin maraknya kampanye transformasi digital di Indonesia dan berlakunya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi pada Oktober 2024, kebutuhan akan keamanan siber akan meningkat pesat di masa depan,” kata FM Venusiana R, Direktur Layanan Korporasi dan Bisnis Telkom.
Firma riset IDC memperkirakan pasar keamanan siber di Indonesia akan mencapai Rp6 triliun (US$372,6 juta) pada tahun 2028, dengan CAGR sebesar 16,6% dari tahun 2022 hingga 2028.