Cerita: Korban banjir bandang dan tanah longsor akhir pekan di Sumatera Barat, Indonesia, berebut mencari orang-orang terkasih yang hilang.
Fitravanis, 64, berjaga di luar reruntuhan rumah saudaranya.
Ketika dia mencoba menyelamatkan ibu mertuanya, dia hanyut oleh air.
“Saya berharap jenazahnya segera ditemukan, hidup atau mati.”
Bencana melanda Tanah Dadar, salah satu dari tiga kabupaten di Sumatera Barat, pada Sabtu malam.
Pada hari Rabu, jumlah korban tewas mencapai 60 orang, kata para pejabat.
Hujan deras dapat menyebabkan banjir bandang, tanah longsor, dan campuran lava dingin, abu vulkanik, puing-puing batuan, dan lumpur air.
Rosa Yolanda, 23, mengatakan dia tersapu banjir.
“Kemudian saya sedang melihat ponsel saya dan mendapat pesan teks dari saudara perempuan saya yang mengatakan bahwa dia tidak bisa pulang karena hujan deras. Setelah itu, saya mendengar suara guntur yang sangat keras. Lalu saya mematikan ponsel saya. Telepon tiba-tiba mati, air masuk, saya tidak sempat berdiri, tidak sempat lari saya hanyut terbawa banjir.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanggulangan Bencana akan terus mencari orang hilang dan membersihkan jalan-jalan utama, kata ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam sebuah pernyataan, Rabu (15 Mei).
Badan Meteorologi Indonesia mengatakan pihaknya berencana untuk mengurangi hujan lebat melalui ‘penyemaian awan’.
Penyemaian awan, yang banyak digunakan di Indonesia, melibatkan penembakan semburan garam ke dalam awan untuk menginduksi hujan di daerah kering dan memecah awan sebelum mencapai daerah basah.
Para pejabat memperkirakan hujan lebat akan terus berlanjut hingga minggu depan.