KabarTotabuan.com

Memperbarui berita utama dari sumber Indonesia dan global

Aliran dana untuk siaran on-demand: The Jakarta Post
Economy

Aliran dana untuk siaran on-demand: The Jakarta Post

JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, investor semakin mengincar keuntungan dari bisnis layanan streaming di Indonesia.

Tidak mengherankan, mengingat industri tersebut telah mendapatkan momentum selama pandemi dan diperkirakan akan mengklaim pertumbuhan yang solid, setidaknya untuk lima tahun ke depan.

Bisnis penyiaran di Indonesia memang sangat menjanjikan. Menurut laporan We Are Social pada tahun 2021, video adalah konten online yang paling banyak diakses (98,5%). Negara ini juga memiliki sekitar 202,6 juta pengguna internet atau 73,7 persen dari total penduduk.

Sebuah survei yang dilakukan oleh Inventure dan Alvara awal tahun ini mengungkapkan bahwa 74,2 persen responden mengatakan mereka lebih suka berlangganan layanan streaming sesuai permintaan seperti Netflix, Disney+, dan HBO Go melalui TV kabel.

Di sisi bisnis, layanan video-on-demand (SVOD) langganan negara ini diharapkan menghasilkan pendapatan sebesar US$232 juta (S$314,9 juta) pada akhir tahun 2022 dan diperkirakan akan mencatat tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 12,84 persen pada 2022-2027, yang berarti ukuran pasar yang diproyeksikan sebesar US$425 juta pada 2027, menurut Statista.

Pendapatan Rata-Rata Per Pengguna (ARPU) dalam bisnis SVOD diharapkan menjadi $13,49 tahun ini, sedangkan jumlah pengguna akan menjadi 26,3 juta pada tahun 2027, dengan penetrasi pasar yang diproyeksikan sebesar 9 persen.

Di mata pemodal ventura, kekuatan konten tetap menjadi kunci sukses bisnis layanan streaming. Di Indonesia, atraksi utama yang masih menjadi andalan penyedia layanan berkisar olahraga, film layar lebar, film pendek, serial, dan drama Korea.

Dengan strategi tersebut, pemain lokal seperti Vidio dan Noice telah mengamankan target pasarnya. Vidio saat ini merajai pasar streaming Tanah Air, terutama berkat konten olahraganya, khususnya sepak bola, yang sangat populer di kalangan konsumen lokal.

READ  Bandara Indonesia mengharapkan 2,5 juta penumpang

Melihat pasar Indonesia yang menggiurkan, Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) meyakini bahwa pesaing kuat penyedia layanan lokal justru datang dari pemain asing yang didukung oleh raksasa teknologi global.

Misalnya, Tencent sedang mengembangkan platform WeTV melalui MD Pictures dan mulai mengalokasikan dana untuk konten dalam negeri. Selain itu, raksasa e-commerce seperti Amazon dan Alibaba memiliki layanan streaming sendiri dan menggunakannya sebagai strategi adopsi untuk layanan inti mereka.

Di sisi lain, permintaan pada platform lokal juga mulai muncul meski banyak layanan video-on-demand (VoD) dan voice-on-demand (AoD) gagal bertahan karena kalah bersaing.

Namun, sudah ada platform buatan sendiri yang berfungsi berkat ekosistemnya yang lebih kuat, misalnya Vidio dan GoPlay yang masih kompetitif. Keduanya juga telah beberapa kali dibiayai investor.

Investor tahu bahwa keduanya memiliki potensi untuk berkembang karena ekosistemnya. Ekosistem Gojek berkembang berkat kehadiran Tokopedia, sedangkan Vidio dikelola oleh Emtek bekerja sama dengan perusahaan lain, mulai dari Bukalapak hingga Grab.

Selain dukungan investor, kunci memenangkan persaingan di bisnis streaming adalah membangun ekosistem yang menarik dengan pelaku industri perfilman seperti rumah produksi, talenta, dan masih banyak lagi. Meski tentunya masih akan sangat sulit bagi provider dalam negeri untuk bersaing dengan sistem seperti Netflix dan Disney di bisnis perfilman.

Namun, salah satu kendala yang dihadapi industri streaming adalah banyaknya konten lokal dan pembajakan film. Ini merupakan masalah struktural dan harus ada kebijakan dan penegakan aturan yang tegas karena merupakan salah satu hal yang menghambat pertumbuhan eksponensial VoD dan AoD, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Jakarta Mail / Jaringan Berita Asia

  • Surat kabar tersebut adalah anggota Asia News Network, mitra media The Straits Times, sebuah aliansi dari 22 judul media regional.
READ  5G mendorong bidang telekomunikasi Indonesia yang padat menuju tiga operator besar

LEAVE A RESPONSE

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

"Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert."