Mobility as a Service (MaaS) hadir sebagai solusi mobilitas dengan mengintegrasikan berbagai layanan transportasi untuk memberikan kenyamanan dan seamlessness kepada penggunanya. MaaS memenuhi kebutuhan mobilitas dengan menyatukan layanan seperti taksi, ride sharing on-demand, transportasi umum, dan persewaan kendaraan ke dalam satu platform digital. Finlandia, yang dikenal sebagai salah satu negara Mobilitas sebagai Layanan (MaaS) terkemuka di dunia, telah mengesahkan undang-undang pertama di dunia tentang integrasi semua moda transportasi, yang dikenal sebagai “Mobilitas Masa Depan Finlandia”. Indonesia, yang menghadapi tantangan mobilitas seperti kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan transportasi umum yang tidak memadai, dapat belajar dari penerapan MaaS di Finlandia. MaaS dapat berfungsi sebagai alternatif ramah lingkungan untuk mengatasi tantangan ini. Finlandia telah menjalin kemitraan erat antara pemerintah, operator transportasi, dan perusahaan teknologi. Indonesia perlu mendorong kolaborasi serupa untuk menciptakan solusi MaaS yang terintegrasi.
Dari perspektif model bisnis, ada tiga elemen yang menjelaskan penciptaan nilai: proposisi dan proposisi nilai, sistem penciptaan nilai, dan model pendapatan (Aapaoja). Elemen seperti peningkatan pemasaran, sosialisasi dan manfaat terkait MaaS, efektivitas dan efisiensi MaaS, serta dampak lingkungan dapat menjadi keuntungan penerapan MaaS di Indonesia. Menelaah hasil pilar bisnis UNDP Digital Development Compass, Finlandia, yang menerima skor 5,36 untuk dampak komitmen bisnis, sedang memasuki fase transformasi, dengan fokus pada transparansi algoritmik, data terbuka, dan praktik perekrutan inklusif, yang dapat ditiru oleh Indonesia dalam pengembangan MaaS (United Nations Development Programme).
Finlandia menghadapi tantangan serupa dengan Indonesia sebelum memperkenalkan MaaS, seperti emisi karbon, karena Finlandia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepemilikan mobil tertinggi di Eropa (OECD). Finlandia telah menunjukkan komitmennya untuk mengurangi emisi karbon dengan merangsang peralihan dari kendaraan pribadi ke transportasi umum melalui MaaS. Indonesia dapat menerapkan strategi serupa untuk mengatasi polusi udara di kota-kota besar. Setelah penerapan MaaS, seperti yang terlihat di Helsinki, Finlandia, masyarakat terdorong untuk menggunakan transportasi umum karena kemudahan MaaS yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi ke dalam satu aplikasi layanan mobilitas. Finlandia bertujuan untuk menjadi “masyarakat sejahtera bebas bahan bakar fosil pertama di dunia” pada tahun 2035 (OECD). Indonesia dapat belajar dari pendekatan ini dengan mengembangkan peraturan yang mendukung implementasi MaaS yang komprehensif, mencakup otorisasi, keamanan, dan standar integrasi yang jelas.
Pemerintah Finlandia mendukung MaaS melalui undang-undang layanan transportasi baru yang disahkan pada tahun 2017 dan mulai berlaku pada tahun 2018, dengan tujuan mempromosikan digitalisasi layanan transportasi dan penggunaan data secara lebih efisien (Future Mobility Finland). Kerangka hukum ini menunjukkan dukungan kuat pemerintah terhadap perubahan jangka panjang dalam transportasi umum agar dapat memperoleh manfaat dari peningkatan layanan mobilitas. Komitmen Finlandia terhadap kesejahteraan digital, dengan skor 5,53 dalam pelacakan dan mitigasi misinformasi (UNDP), menunjukkan bagaimana reformasi peraturan berdampak pada kesejahteraan digital di Finlandia. Keterlibatan pemangku kepentingan publik dan swasta dalam pengembangan MaaS telah berkontribusi terhadap keberhasilan penerapan MaaS di Finlandia, seperti terlihat pada pengalihan lalu lintas dari kendaraan pribadi ke angkutan umum, sehingga mengurangi polusi.
Ekosistem inovasi transportasi di Indonesia berkembang pesat, seiring dengan pertumbuhan startup teknologi yang bergerak cepat, peningkatan adopsi teknologi digital, dan upaya pemerintah untuk mengembangkan peraturan dan investasi di sektor ini. Finlandia telah mengadopsi teknologi untuk menciptakan layanan MaaS yang efektif dan efisien. Indonesia perlu memastikan infrastruktur teknologi yang memadai dan mendorong inovasi dalam pengembangan aplikasi MaaS yang ramah pengguna. Adopsi pembayaran digital di transportasi umum semakin memudahkan akses bagi pengguna. Infrastruktur digital juga meningkatkan efisiensi operasional dan pemantauan transportasi umum di berbagai kota di Indonesia.
Mirip dengan Finlandia sebelum MaaS, kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, menghadapi penurunan kualitas udara akibat aktivitas industri dan emisi kendaraan. Pemerintah telah menerapkan kebijakan, termasuk uji emisi, dan menekankan pentingnya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, namun dampaknya terhadap masyarakat masih terbatas. Konsep MaaS, yang diimplementasikan secara lokal dalam aplikasi seperti Jaklingko, yang mengintegrasikan berbagai moda transportasi umum, bisa saja berhasil. Keberhasilan Finlandia dalam MaaS melibatkan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan, termasuk operator transportasi, perusahaan teknologi, dan masyarakat sipil. Indonesia memerlukan partisipasi aktif dari seluruh pihak terkait untuk memastikan keberlanjutan dan penerimaan MaaS.
Menjelajahi dan menerapkan Mobility as a Service (MaaS) di Indonesia memiliki banyak tantangan yang harus diatasi untuk mencapai kesuksesan penuh. Tantangannya antara lain infrastruktur yang tidak merata, keterbatasan teknologi, rendahnya literasi digital, kompleksitas peraturan, tingginya kepemilikan kendaraan pribadi, masalah privasi data, dan pentingnya keterlibatan aktif dari berbagai pemangku kepentingan. Selain itu, perbedaan geografis dan demografi, kebijakan pengurangan emisi karbon, dan kesiapan masyarakat terhadap perubahan merupakan faktor penting. Untuk mengatasi hambatan-hambatan ini memerlukan sinergi antara pemerintah, sektor swasta dan keterlibatan masyarakat, dengan fokus pada pendidikan, penyelarasan peraturan dan inovasi teknologi sebagai elemen kunci untuk memastikan keberhasilan MaaS di Indonesia.
Karena konsep MaaS tergolong baru di Indonesia, dampaknya terhadap masyarakat belum optimal. Indonesia mengakselerasi talenta digitalnya dengan berfokus pada literasi digital, dengan mendapatkan skor 3,48 pada Pilar Kemanusiaan dari Kompas Pembangunan Digital UNDP, yang menunjukkan pendekatan sistemik (UNDP). Indonesia tidak memiliki undang-undang yang spesifik dan terbarukan seperti undang-undang Finlandia yang berfokus pada transportasi umum yang terintegrasi. Dengan mengadopsi dan mengadaptasi undang-undang Finlandia, Indonesia dapat secara aktif mendukung MaaS melalui peraturan dan insentif. Finlandia telah berhasil mengubah norma-norma masyarakat dengan mempromosikan dan mensosialisasikan MaaS dan manfaatnya. Indonesia perlu fokus pada pendidikan masyarakat, mengkomunikasikan manfaat MaaS dalam hal efisiensi, kenyamanan dan dampak positif terhadap lingkungan. Upaya Indonesia dalam meningkatkan literasi digital patut diapresiasi, dengan adanya rencana perbaikan sistem perkeretaapian, namun pengembangan literasi digital harus diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat Indonesia agar pemanfaatan TIK dapat dilakukan secara bijaksana dan tepat. Mengatasi kesenjangan digital antara kota-kota besar seperti Jakarta dan kota-kota kecil juga penting untuk meningkatkan penggunaan teknologi ramah lingkungan dalam memenuhi kebutuhan transportasi.
Indonesia sangat cocok mengadopsi Mobility as a Service (MaaS) dari Finlandia karena model ini dapat memberikan solusi terintegrasi dan efisien terhadap tantangan mobilitas yang semakin meningkat di kawasan perkotaan yang semakin kompleks. Finlandia telah berhasil menerapkan MaaS dengan menggabungkan berbagai moda transportasi seperti bus, kereta api, sepeda, dan layanan taksi ke dalam satu platform digital yang dapat diakses. Di Indonesia, dimana tantangan mobilitas perkotaan semakin meningkat dan urbanisasi berkembang pesat, MaaS dapat menjadi sebuah konsep untuk meningkatkan konektivitas transportasi, mengurangi kemacetan, dan mengurangi polusi udara. Selain itu, MaaS dapat memberikan aksesibilitas yang lebih baik bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau daerah yang tidak terlayani oleh transportasi umum tradisional. Dengan mengadopsi MaaS, Indonesia dapat menciptakan sistem transportasi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan mudah diakses oleh semua lapisan masyarakat, sejalan dengan pertumbuhan berkelanjutan di era urbanisasi yang pesat.
Kesimpulannya, Finlandia adalah model ideal untuk penerapan Mobility as a Service (MaaS) di Indonesia. Peran pemerintah dan sektor swasta sangat penting dalam memberikan dukungan penuh terhadap inovasi terkait transportasi, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, dan mengurangi emisi karbon. Dengan MaaS, pengguna dapat merasakan peningkatan kenyamanan, yang mengarah pada peningkatan penggunaan transportasi umum. Indonesia sebagai negara MaaS harus beradaptasi dengan kondisi lokal. Pengenalan teknologi harus dibarengi dengan masyarakat yang siap menghadapi perubahan dan mampu memaksimalkan manfaat dari teknologi tersebut. Upaya Indonesia dalam mendorong literasi digital adalah hal yang rasional, karena talenta digital yang terampil sangat berguna di era transformasi digital saat ini.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”