TEMPO.CO, Jakarta – Dalam parade di Jakarta, Jumat (19 Mei 2023), seluruh tanah air bersorak untuk para atlet Indonesia yang berlaga di Asian Games Tenggara tahun ini.
Meski Olimpiade tahun ini telah berakhir, video para atlet saat bertanding masih populer di kalangan pengguna internet.
Meski menempati peringkat ketiga setelah Vietnam dan Thailand dalam perolehan medali, namun kemenangan Indonesia tahun ini terbilang istimewa.
Hal ini karena Indonesia tidak hanya finis ketiga di Olimpiade untuk kedua kalinya (negara ini hanya berhasil finis keempat atau kelima sejak 2013), namun kesuksesan tahun ini juga menandai berakhirnya penantian 32 tahun untuk meraih medali emas sepak bola.
Prestasi tim sepak bola nasional mungkin tidak sebanyak tim olahraga lainnya, namun sepak bola tetap menjadi olahraga terpopuler di tanah air dan menyatukan hampir semua orang.
Survei yang dilakukan IPSOS di 33 negara pada September 2022 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki jumlah penggemar sepak bola terbesar di dunia.
Sebanyak 69% responden Indonesia yang ditanyai IPSOS menyatakan bahwa mereka adalah penggemar sepak bola.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan juara dunia Argentina (51%) bahkan Jepang (14%), salah satu tim Asia yang kerap berlaga di turnamen besar.
Survei IPSOS hanyalah salah satu bukti betapa besarnya kecintaan masyarakat Indonesia terhadap sepak bola.
Stadion atau lapangan sepak bola di tanah air selalu dipenuhi penonton. Masyarakat Indonesia selalu bersemangat menyaksikan pertandingan sepak bola nasional, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui televisi atau video streaming, apapun tingkat prestasi tim atau klub nasionalnya.
Klub-klub nasional yang memiliki puluhan juta penggemar menjadi daya tarik tersendiri bagi industri sepak bola, namun fakta tersebut belum diimbangi dengan prestasi timnas di tingkat internasional.
Sebelumnya, di Asian Games Tenggara, Indonesia hanya meraih medali emas di cabang sepak bola pada tahun 1987 dan 1991.
Pada tahun 2023, negara ini menambah emas sepak bola setelah mengalahkan Thailand, pesaing kuat, di final, 5-2.
Sementara di kompetisi lain, seperti Piala AFC, Indonesia masih kesulitan meraih posisi juara.
Meski Indonesia sudah enam kali mencapai final Piala AFC, namun belum pernah berhasil meraih gelar juara.
Tim nasional mengakhiri kampanyenya di babak penyisihan grup dari empat Piala Asia yang diikutinya.
Namun, Indonesia pernah mencapai perempat final sepak bola putra di Olimpiade Stockholm 1956, dan meraih medali perunggu di Asian Games 1958 serta semifinal Asian Games 1954 dan 1986.
Karena trofi yang sebelumnya seolah tak terjangkau, medali emas Asian Games Tenggara 2023 yang diraih tiga hari lalu di Kamboja membawa kelegaan dan optimisme Indonesia mampu mencapai puncak.
Emas juga bisa menjadi penyemangat untuk meraih prestasi lebih baik di bidang lain.
Kesuksesan di Kamboja menjadi pelipur lara atas kekecewaan Indonesia yang tersingkir menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
Harapan Piala Asia
Setelah itu, Indonesia akan mengikuti Piala Asia 2023 yang digelar di Qatar pada Januari mendatang. Indonesia ditempatkan di Grup D bersama Jepang, Irak, dan Vietnam di babak penyisihan grup.
Persaingannya memang berat, namun medali emas SEA Games bisa menjadi motivasi para pemain timnas.
Mungkin terlalu berambisi untuk menyebut Indonesia bisa menjadi juara turnamen tersebut, namun setidaknya ada harapan bisa mengukir sejarah baru di Piala Asia 2023.
Pada Piala Asia edisi sebelumnya yakni 1996, 2000, 2004, dan 2007, rekor Indonesia tak terlalu menonjol.
Delapan dari total 12 pertandingan berakhir dengan kekalahan, sedangkan sisanya dua kali seri dan dua kemenangan.
Pada Piala Asia 2007, Indonesia berhasil terhindar dari gelar tim yang paling banyak kebobolan.
Indonesia yang menjadi tuan rumah Piala Asia 2007 bersama Malaysia, Vietnam, dan Thailand mampu mencetak tiga gol dan “hanya” kebobolan empat kali.
Saat itu, Indonesia berjuang keras melawan dua raksasa Asia, Arab Saudi dan Korea Selatan, yang berhasil mencatatkan kemenangan tipis 2-1 dan 1-0 atas tim tersebut.
Indonesia juga mengalahkan Bahrain setelah dikalahkan mereka di Piala Asia 2004.
Sejak tahun 2007, Indonesia telah absen dari kancah Piala Asia dan baru memasuki turnamen tersebut setelah jeda selama 16 tahun – dan ada alasan untuk optimis bahwa Indonesia dapat tampil lebih baik kali ini.
Salah satu alasannya adalah meraih emas di SEA Games setelah lebih dari tiga dekade. Medali emas tahun 1991 hingga saat ini merupakan prestasi tertinggi yang pernah diraih tim sepak bola nasional.
Alasan lain yang melatarbelakangi optimisme tersebut adalah posisi Indonesia di peringkat FIFA perlahan naik ke peringkat 149, meski masih kalah dibandingkan Vietnam, Thailand, Filipina, dan Malaysia.
Jika timnas bisa mengulangi kesuksesannya di Kamboja pada Piala Asia AFC 2023, selain akan semakin membanggakan komunitas sepak bola nasional, juga bisa menarik perhatian badan-badan sepak bola seperti FIFA.
Setelah Indonesia dilarang menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, FIFA menjatuhkan sanksi administratif berupa pembekuan dana FIFA Forward yang dialokasikan untuk pengembangan sepak bola di Indonesia.
Hal ini mungkin menandakan bahwa FIFA masih menaruh ekspektasi tinggi terhadap Indonesia, dan tidak mau mengabaikan apa yang telah diraih sepak bola Indonesia belakangan ini.
Antara
Pilihan Editor: Polda Metro Jaya Kawal Konvoi Timnas U-22 Usai Peraih Medali Emas SEA Games 2023
klik disini Untuk mendapatkan update berita terkini dari Tempo di Google News
“Ninja budaya pop. Penggemar media sosial. Tipikal pemecah masalah. Praktisi kopi. Banyak yang jatuh hati. Penggemar perjalanan.”