Banyak yang punya berdebat Gereja di Indonesia lebih fokus ke dalam daripada mencari kesejahteraan negara dan berpartisipasi dalam isu-isu sosial yang lebih luas. CT bertanya kepada responden Kristen bagaimana gereja dapat lebih terlibat dalam mencintai komunitas dan negaranya.
Dantono Subagio: Kita bisa menanamkan rasa cinta tanah air melalui berbagai kegiatan seperti mengajarkan sejarah perjuangan kemerdekaan, peran tokoh-tokoh Kristiani dalam meraih kemerdekaan dan pembentukan bangsa Indonesia.
Banyak gereja menjauhkan diri dari dunia nyata dan hanya berfokus pada spiritualitas anggotanya. Gereja harus memberikan pelayanannya bagi pembangunan Indonesia. Jika gereja mendorong umat untuk menjadi garam dan terang bagi lingkungan sekitar, kita dapat berkontribusi kepada masyarakat seperti yang dilakukan sekolah-sekolah Kristen dan rumah sakit di masa lalu.
Saat ini peran sekolah Kristen telah menurun karena biayanya mahal dan hanya dapat diakses oleh orang kaya. Rumah sakit Kristen juga mengalami kemunduran karena persaingan yang ketat, dan yayasan yang menjalankannya tidak selalu berpegang pada prinsip-prinsip Kristen.
Perahu Mamahit: Pertumbuhan gereja di Indonesia tidak terlepas dari kedatangan misionaris pada masa kolonialisme Barat. Tapi orang Kristen di Indonesia berbeda. Mereka mempunyai rasa patriotisme untuk memperjuangkan kemerdekaan dari belenggu kolonial Indonesia. Saat ini, semangat ini ada di gereja-gereja dan di kalangan umat Kristiani, namun tidak lagi dalam bentuk perjuangan fisik atau moral melawan kolonialisme. Kini fokusnya adalah memanfaatkan kebebasan itu melalui doa, karya dan usaha di bidang dan kapasitas masing-masing untuk kemaslahatan bangsa dan negara.
Namun, upaya untuk menumbuhkan patriotisme dalam gereja masih belum memadai, karena beberapa gereja tampaknya kurang terlibat dalam mengatasi permasalahan nasional seperti kemiskinan, ketidakadilan sosial ekonomi, lingkungan hidup, perdamaian, kesetaraan gender dan inferioritas. Indeks Pembangunan Manusia. Gereja dapat memainkan peran penting dalam mendorong anggotanya untuk berkontribusi kepada masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pemahaman tentang hakikat perbedaan dan keberagaman dalam perspektif Kristiani serta menekankan nilai-nilai toleransi, saling menghormati dan kerjasama dalam masyarakat yang beragam dalam kerangka tujuan bangsa. Tidur di belakang (Bhinneka Tunggal Ika).
Kembali ke artikel utama.
Farsijana Adeni Risakota: Sebagai gembala, Yesus meminta umat Kristiani untuk tidak takut akan dunia serigala, namun percaya kepada Dia yang membimbing mereka dalam situasi sulit dan memupuk kualitas kehati-hatian dan integritas. Masyarakat Kristiani yang hidup hanya karena iman dalam lingkungan gereja tanpa persekutuan dengan sesamanya lupa akan tugas mengutus murid-murid Kristus ke dunia serigala.
Saya menemukan bahwa umat Kristiani seringkali tidak melihat pengalaman tokoh-tokoh Kristen yang terlibat dalam pembebasan Indonesia dari penjajahan Belanda sebagai model kepedulian nasional yang dapat digunakan gereja untuk melayani masyarakat. Penerapan patriotisme berhenti pada wacana teologis dan tidak mengarah pada penyelesaian kolektif permasalahan nasional dan negara. Gereja tidak dapat melakukan amal di dalam gereja, tetapi harus memberdayakan anggotanya untuk melakukan advokasi hak asasi manusia.
Para pemimpin gereja harus mau belajar dan memberikan pencerahan kepada umat Kristiani lainnya di luar tembok institusi Kristen. Umat Kristen harus terus menulis di media seperti surat kabar dan majalah untuk mengungkapkan nilai-nilai ajaran Kristen yang menawarkan keselamatan di dalam Kristus kepada semua makhluk.
Baca biografi tamu kami di artikel utama.
“Pemikir jahat. Sarjana musik. Komunikator yang ramah hipster. Penggila bacon. Penggemar internet amatir. Introvert.”