BERNAMA – Kemitraan infrastruktur digital Malaysia-Indonesia mengatasi kekhawatiran seputar peluncuran 5G
KUALA LUMPUR, 22 Maret (Bernama) — Kemitraan antara Persatuan Penyedia Infrastruktur Telekomunikasi Malaysia (PPIT) dan Asosasi Pengembang Infrastruktur dan Menara Telekomunikasi (ASPIMTEL) Indonesia merupakan langkah penting dalam mengatasi hambatan infrastruktur digital yang mengganggu pasar kedua negara. BMI.
Kedua konsorsium, yang mewakili penyedia infrastruktur telekomunikasi, telah menandatangani nota kesepahaman untuk meningkatkan kerja sama antara kedua pasar “untuk meningkatkan infrastruktur digital 4G dan jaringan 5G baru,” kata Fitch Solutions.
“Kerja sama baru-baru ini antara PPIT Malaysia dan ASPIMTEL Indonesia dapat mempercepat pengembangan infrastruktur 5G baru di kedua negara.
“Sebelumnya, kami mengamati prospek belanja modal yang tentatif dan bearish untuk peluncuran 5G baru di Indonesia, karena operator jaringan seluler lokal (MNO) meminta rencana insentif dari regulator telekomunikasi nasional untuk mempercepat adopsi 5G,” katanya dalam analisis tren industrinya. laporan. .
Dikatakan bahwa operator di Indonesia menghadapi biaya penerapan yang tinggi karena geografi yang kompleks dan kekurangan semikonduktor 5G generasi terbaru. Kemitraan ini dapat memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan dan mengurangi tantangan-tantangan ini.
Baik operator jaringan seluler di Malaysia dan Indonesia memandang 5G sebagai cara untuk mengubah angka pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) yang stagnan.
“Namun, fokus kemitraan ini pada peningkatan dan perluasan infrastruktur 4G, dengan perkiraan jumlah pelanggan sebesar 296 juta di Indonesia dan 37,4 juta di Malaysia pada tahun 2025, dapat menimbulkan hambatan pada teknologi 4G,” tambahnya.
BMI yakin fokus kemitraan ini pada infrastruktur dapat menghasilkan harga akhir yang lebih rendah untuk paket 5G bagi konsumen, sehingga mendorong tingkat adopsi yang lebih tinggi.
“Namun, karena 5G dipandang sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan rata-rata per pengguna (ARPU) operator, penurunan harga yang signifikan diperkirakan tidak akan terjadi.
“Selain itu, di luar masalah keterjangkauan, adopsi 5G diperkirakan akan tetap terbatas di pusat-pusat perkotaan karena konsumen yang paham teknologi menuntut konektivitas berkecepatan tinggi yang mendukung aplikasi berlatensi rendah seperti game dan streaming,” tambahnya.
Pada tahun 2032, BMI memperkirakan Malaysia akan memiliki sekitar 34 juta pelanggan 5G dan Indonesia akan memiliki sekitar 197,2 juta, yang masing-masing mewakili 59,4 persen dan 54,4 persen dari total pelanggan seluler.
Angka-angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan yang sehat sebesar 31,3 persen untuk Malaysia dan 39,4 persen untuk Indonesia dari tahun 2023 hingga 2032.
– Bernama
BERNAMA menyediakan berita dan informasi terkini, asli dan komprehensif yang disebarluaskan melalui BERNAMA Wires; www.bernama.com; BERNAMA TV di Astro 502, unifi TV 631 dan MYTV 121 IFLIX dan BERNAMA Radio di FM93.9 (Klang Valley), FM107.5 (Johor Bahru), FM107.9 (Kota Kinabalu) dan FM100.9 (Kuching).
Ikuti kami di media sosial:
Facebook : @bernamaofficial, @bernamatv, @bernamaradio
Twitter : @bernama.com, @Bernama TV, @bernamaradio
Instagram: @bernamaofficial, @bernamatvofficial, @bernamaradioofficial
TIK tok: @bernamaofficial